Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Misteri Dewan Jenderal dan Alasan Soeharto Bukan Sasaran PKI

20 September 2020   13:47 Diperbarui: 20 September 2020   15:47 2662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang perempuan berkebaya warna merah mengambil silet yang terselip dari bilik anyaman bambu. Kemudian menghampiri seorang lelaki yang kedua tangannya diikat. Tak berdaya. 

"Penderitaan itu pedih, Jenderal. Sekarang rasakan sayatan silet ini. Juga pedih! Tapi tidak sepedih penderitaan rakyat," ujar wanita itu dengan wajah bengis. 

Kemudian, laki-laki kasar satu komplotan dengan perempuan tadi menghampiri pria tak berdaya lainnya. Dia menyiksa dan memaksanya pria tak berdaya tadi untuk menandatangani secarik kertas yang berisi pengakuan bahwa "Dewan Jendral" itu ada. 

CUPLIKAN adegan di atas adalah penggalan dari film "Pengkhianatan G 30 S/PKI" yang disutradarai Arifin C Noer. Pada zaman orde baru (Orba), film ini seolah menjadi tontonan wajib sebagai bentuk propaganda penguasa orde baru (orba) terhadap masyarakat.

Ya, pada malam 30 September 1965 adalah sebuah malam kelam dalam perjalanan sejarah Indonesia. Malam itu menjadi momen durjana bagi para Jenderal yang bertugas di Staf Umum Angkatan Darat (SUAD). Tengah malam, mereka diculik oleh pasukan Cakrabirawa, dan berakhir dengan pembantaian sadis. 

Dalam berbagai versi, penculikan para jendral yang kemudian menjadi pahlawan revolusi tersebut ditenggarai akibat tidak loyal terhadap kepemimpinan Presiden Sukarno, yang telah di tetapkan MPR sebagai presiden seumur hidup. 

Konon, para jendral itu dengan sembunyi-sembunyi telah membentuk "Dewan Jendral" yang tujuannya mengkudeta Presiden Sukarno. Namun, isu Dewan Jendral tercium, dan PKI yang kala itu dekat dengan Bung Karno merasakan ancaman. Mereka cepat bergerak dan terjadilah penculikan dan pembunuhan sadis. 

Adapun para jendral yang diculik pada malam Jumat kelam itu adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Raden Suprapto, Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo. 

Sebenarnya ada satu lagi yang jadi sasaran penculikan, tetapi berhasi lolos. Dia adalah Jenderal TNI Abdul Harris Nasution. Kendati begitu, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut. 

Seperti diceritakan dalam film atau tertulis dalam beragam buku-buku catatan sejarah, keenam jendral dan Lettu Pierre Tendean dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Sebelum akhirnya jasad mereka  pada 3 Oktober 1965, atau dua hari jelang HUT ABRI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun