Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rocky Gerung Tuding Istana Berupaya "Matikan" Anies Baswedan

18 September 2020   11:20 Diperbarui: 18 September 2020   11:29 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Profesor akal sehat, itulah Rocky Gerung biasa disapa. Dia dikenal memiliki segudang retorika dan sarat kontroversi, termasuk pernyataan terbarunya. Apakah itu?

BAGI warga masyarakat tanah air yang biasa mengikuti konstelasi politik nasional tentu tidak akan asing dengan nama Rocky Gerung.

Pria kelahiran Manado, 20 Januari 1959 ini mulai dikenal masyarakat luas setelah sempat menjadi "bintang panggung" program talk show TVOne, "Indonesian Lawyer Club" (ILC), yang dipandu jurnalis senior, Karni Ilyas. 

Salah satu pernyataan Rocky Gerung paling kontroversial juga terjadi pada saat tayangan program talk show TVOne dimaksud. Saat itu, pria berkacamata tersebut menyatakan bahwa kitab suci itu fiksi. 

Sontak, pernyataannya itu dianggap melabrak definisi yang telah dipahami dan digunakan masyarakat, sekaligus menyinggung perasaan umat beragama di tanah air. Jamak, karena jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fiksi adalah sesuatu hal tidak nyata. Sementara seperti diketahui, kitab suci tentu nyata adanya. 

Akibat pernyataannya itu pula, Rocky Gerung sempat dilaporkan sejumlah kalangan ke aparat kepolisian. Hanya saja, akademisi yang kini menjadi salah seorang inisiator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) tersebut mampu bebas dari segala tuduhan. 

Masih tentang Rocky Gerung, baru-baru ini kembali mengeluarkan pernyataan cukup kontroversi. Menurutnya, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dinilai lebih berbahaya dibanding dengan pandemi virus corona (Covid-19). 

Karena dasar itu pula, dikatakan Rocky saat ini pihak Istana sedang berupaya mematikan langkah Anies Baswedan dalam jabatannya, bahkan saking fokus ke Anies membuat pemerintah mulai melupakan tugasnya mematikan pandemi Covid-19. 

"Anies itu dianggap lebih berbahaya daripada Covid-19 makanya Istana berusaha 'mematikannya'. Caranya dengan mengepung Anies seperti yang dilakukan baru-baru ini terkait pemberlakuan PSBB di Jakarta," ungkap Rocky dalam kanal YouTube miliknya, Kamis (17/9). Dikutip dari Wartaekonomi.com. 

Menarik mencermati pernyataan Rocky Gerung soal pihak Istana berupaya "mematikan" langkah Anies. 

Tentu akan banyak spekulasi dan kemungkinan dari maksud sang ahli filsuf tersebut. Namun, dalam pandangan sederhana, penulis melihat maksud Rocky Gerung tersebut ada kaitannya dengan perkembangan konstelasi politik tanah air saat ini. 

Bukan rahasia umum, nama Anies Baswedan kerap berada pada "garis start" terdepan dalam lomba perebutan kursi Indonesia 1 dan 2 pada Pilpres 2024 mendatang. 

Dilihat dari angka elektabilitasnya berdasarkan hasil beberapa lembaga survei tanah air, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini cukup bersaing ketat dengan kandidat lain yang sama berada di "garis start" paling depan. 

Nama-nama kandidat tersebut adalah Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. 

Nah, karena elektabilitas Anies yang kerap nangkring di jajaran peringkat teratas ini pula, boleh jadi cukup mengancam kandidat lain yang digadang-gadang akan diusung oleh partai penguasa atau sebut saja pihak Istana. 

Pertanyaannya, siapa kandidat "pihak Istana" tersebut?

Jika ditilik dari perkembangan politik dan koalisi partai pemerintah. Kandidat yang memiliki peluang besar maju Pilpres adalah Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dan jagoan dari PDI Perjuangan, Puan Maharani atau mungkin Ganjar Pranowo.

Bahkan digadang-gadang, ada kemungkinan terjadi koalisi diantara dua partai penguasa tersebut dengan "mengawinkan" Prabowo Subianto dengan Puan Maharani. 

Dengan adanya wacana ini, hal lumrah jika pasangan tersebut di atas ingin melenggang mulus menuju kursi kekuasaan. Salah satu caranya adalah dengan menjatuhkan calon lawannya sebisa mungkin agar tidak mampu memberikan perlawanan berarti atau mungkin kalau bisa tidak mampu melawan sama sekali. 

Jadi, kembali pada pernyataan Rocky Gerung, bukan tidak mungkin arti dari kata "mematikan" langkah Anies Baswedan tersebut adalah melemahkan posisi Anies agar elektabilitasnya jangan sampai terus melonjak naik. Sebab, itu akan sangat mengancam para kandidat dari pihak Istana. 

Kendati begitu, hal ini hanya hipotesis sederhana penulis. Perkembangan politik sangat sulit ditebak, untuk itu boleh jadi kedepannya konstelasi politik pun berubah arah anginnya. Dan, masih sangat banyak kemunhkinan yang bisa terjadi.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun