Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akhirnya, "Pangeran Cendana" Menggugat

15 Agustus 2020   15:29 Diperbarui: 15 Agustus 2020   15:26 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HUTOMO Mandala Putra alias Tomy Soeharto, pasti sudah tidak asing lagi bagi kalangan politisi, khususnya yang sempat terkoneksi dengan pemerintahan zaman Orde Baru (Orba). Ya, Tommy adalah putra bungsu Presiden ke-2 RI, Soeharto, atau lebih dikenal juga dengan sebutan "pangeran cendana". 

Di saat ayahnya masih berkuasa, Tomy tak ubahnya putra mahkota atau raja kecil, yang sepertinya bisa melakukan apapun sekehendak dia, termasuk berkecimpung di dunia politik atau pemerintahan. 

Namun sepertinya saat itu, pria kelahiran 15 Juli 1962 ini kurang begitu tertarik dengan dunia politik. Tomy lebih suka membangun kerajaan bisnisnya. 

Sebagai putra kesayangan Presiden Soeharto, jejak Tommy di dunia bisnis memang panjang. Sebut saja, sekitar tahun 90-an, Presidem Soeharto sempat memberi monopoli cengkeh kepada Tommy, yang waktu itu banyak merugikan para petani di tanah air. 

Kemudian, Tommy juga sempat terjun ke bisnis otomotif. Dia mendirikan PT Timor Putra Nasional yang bergerak di bidang industri mobil, yakni Teknologi Industri Mobil Rakyat (Timor) Indonesia. 

Namun, pasca krisis ekonomi berkepanjangan melanda Asia, tak terkecuali Indonesia. Kemudian, ditambah dengan derasnya gelombang reformasi yang menuntut Presiden Soeharto lengser dari kursi kekuasaannya, bisnis otomotif Tommy pun gulung tikar. 

Bahkan, ketika Presiden Soeharto tumbang, perlahan Tommy juga mulai hilang dari peredaran. 

Setelah melalui beberapa fase kehidupan, termasuk sempat mendekam dalam penjara atas tuduhan kasus pembunuhan terhadap Hakim Agung Syarifuddin Kartasasmita, Tommy perlahan bangkit lagi dan mulai tertarik pada dunia politik. 

Tommy sempat ikut dalam konvensi Golkar, tapi gagal. Kemudian, dia juga sempat mendirikan Partai Nasional Republik (Nasrep), namun, lagi-lagi gagal. Sebab, partai tersebut tidak lolos verifikasi KPU 2014. 

Sampai akhirnya, munculah Partai Berkarya, dengan Tommy sebagai pucuk pimpinan tertingginya, alias sebagai ketua umum. 

Kali ini, Partai Berkarya tidak bernasib seperti Nasrep. Partai yang digadang-gadang sebagai refresentasi kerinduan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto ini berhasil lolos verifikasi KPU, dan berhak mengikuti Pemilu 2019. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun