Mohon tunggu...
Semprianus Mantolas
Semprianus Mantolas Mohon Tunggu... Jurnalis - Pecandu Kopi

Baru belajar melihat dunia, dan berusaha menyampaikannya melalui simbol (huruf)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Rebranding China Selama Pandemi Covid-19 Melalui Mask Diplomacy

28 Mei 2020   03:38 Diperbarui: 28 Mei 2020   10:13 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/ foto: france24

Tatkala status covid-19 berubah menjadi pandemi dan mengobrak-abrik tata kelola global, masyarakat dunia mulai mencari tersangka yang patut disalahkan.

Sebagai negara yang diketahui pertama kali terkena Covid-19, sudah barang tentu China menjadi sasaran hujatan seluruh dunia.

Sebagai negara adikuasa, Amerika Serikat dengan gampangnya menyebut China pembawa petaka global dan harus bertanggung jawab. Belum lagi gaya agitasi Donald Trump yang cukup ciamik, semakin memperburuk citra China di mata global.

Jangankan Amerika, di Indonesia sendiri bila anda bertanya pada pedagang kaki lima atau tukang becak tentang asal muasal virus corona, tanpa berpikir mereka akan menyebut kata China.

Seolah telah tertanam dibenak masyarakat bahwa China adalah produsen virus corona. Terlepas perdebatan kemunculan virus ini, baik secara alami ataupun buatan (laboratorium). Tetapi bila bicara covid-19 orang akan mengingat Wuhan ataupun China.

Implikasinya, masyarakat dunia semakin was-was dengan China. Citra baiknya di mata global jatuh karena corona. Ini tentu akan memperburuk nilai tawar China pada dunia internasional.

Tentu ketika nilai tawar china pada dunia internasional buruk, apapun yang dilakukan china akan dipandang buruk juga. Inilah yang disebut dengan stereotipe. Dan bila stereotipe ini berjalan secara continue, image China dari negeri tirai bambu bisa berubah menjadi negeri sejuta virus.

Dampak jangka panjangnya secara ekonomi, sudah pasti setiap produk (pangan dll) yang dihasilkan oleh China akan ditolak dipasar global. Alasanya karena telah terkontaminasi virus.

Sehingga untuk mensiasati itu, China perlu membranding ulang atau memperbaiki kembali imagenya di dunia internasional.

Perbaikan Citra
Dalam kajian hubungan internasional ada yang disebut dengan istilah public diplomacy. Salah satu rujukan dalam ilmu HI adalah tulisan Joseph Nye tentang "public diplomacy and soft power".

Secara sederhana Nye menjelaskan public diplomacy adalah upaya satu negara mempengaruhi masyarakat di negara lain, sehingga masyarakat (di negara lain) memandang baik negara yang melakukan diplomasi publik tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun