Mohon tunggu...
Samira Ulfa
Samira Ulfa Mohon Tunggu... -

Samira Ulfa, Lombok Tengah, NTB-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kecerdasan Ganda atau Kecerdasan Tunggal?

25 Maret 2016   17:15 Diperbarui: 30 Maret 2016   11:11 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source: www.masibas.my.id

Berbicara mengenai kecerdasan maka kita pasti akan terorientasi pada seseorang yang memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, semua nilai-nilai yang didapat pada setiap mata pelajaran sempurna, kemampuan aritmatika yang dimiliki luar biasa maupun juga selalu mendapat juara didalam setiap lomba. Tidak ada salahnya memang jika kita memiliki anggapan seperti itu. Namun saja, apabila kita paham apa itu sebenarnya ‘kecerdasan’ maka pastinya kita tidak akan memiliki pikiran sesempit itu untuk mendefinisikan bagaimana makna ‘kecerdasan’ itu.

Pada dasarnya memang setiap orang itu berbeda, dalam artian potensi yang dimiliki pasti berbeda dengan yang lainnya, baik itu potensi yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Didalam dunia pendidikan saja kita mengenal ada 8 kecerdasan ganda  yang dimiliki oleh setiap individu, sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Horward Garner yakni: Kecerdasan verbal, kecerdasan kinestetik, kercerdasan audio-visual, kecerdasan logical-mathematic, kecerdasn musical, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis. Sehingga, kita tidak boleh menjudge (menghakimi) kalau orang tersebut tidak memiliki potensi bahkan sampai mengatakan kalau dia adalah orang yang bodoh. Sebab, hal-hal tersebut nantinya yang akan membuat diri mereka merasa lebih tidak percaya diri dengan potensi yang mereka miliki.

Lalu bagaimana kita sebagai guru atau dalam hal ini pendidik akan bersikap jika menghadapi hal seperti itu? Apakah akan turut menghakimi? Apakah akan membantu mereka sampai mereka bisa meskipun hal tersebut bukan potensi mereka? Atau apakah kita akan membimbing mereka untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang mereka miliki? Hanya diri kita yang bisa menjawabnya. Namun, saya sangat percaya kalau guru yang baik itu ialah mereka yang bukan hanya sebatas mampu untuk menjelaskan materi pelajaran, tetapi mereka yang mampu untuk membimbing dan menginspirasi siswanya.

Setiap anak memang terlahir dengan potensi yang berbeda, tidak ada kewajiban bagi kita untuk memaksa mereka menguasai atau ahli dibidang tertentu apabila hal tersebut tidak mereka sukai. Saya teringat pada salah satu buku dari Jepang yang berjudul “Toto Chan”. Yang isinya sangat sarat akan makna pendidikan, buku tersebut menceritakan bagaimana para siswa dibimbing sesuai dengan potensinya masing-masing. Siswa tidak hanya terbatas belajar didalam kelas saja, tetapi mereka juga diajarkan untuk mengenal alam. Bagi mereka yang suka dunia science, mereka bisa langsung belajar dari alam. Begitupun dengan siswa yang suka akan dunia social mereka dapat langsung berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan sebagainya.

Melihat fenomena yang terjadi di Indonesia saya terkadang merasa miris apabila melihat perkembangan dunia pendidikan saat ini. Anak-anak seperti dihalangi untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Bagi sebagian orang tua mungkin yang mengerti akan potensi anaknya maka mereka pasti akan menuntun anaknya kearah yang lebih baik sesuai dengan potensinya. Tapi, bagi orang tua yang memiliki pikiran untuk menjadikan anaknya sebagai duplicate orang lain dan mungkin potensi yang dimiliki juga berbeda dari diri mereka. Maka dapat saya katakan hal itulah nantinya yang akan menjerumuskan anak-anak tersebut kearah yang tidak baik. Sebab, mendidik itu bukan hanya tugas guru disekolah saja, namun lebih dari itu yang paling besar tanggung jawabnya ialah orang tua dirumah. Bukan hanya orang tua yang memiliki pendidikan tinggi tetapi bagi mereka yang mohon maaf kurang terdidikpun wajib untuk mendidik anaknya, bisa dengan: menanamkan nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai sosial, agama maupun lainnya.

Anak itu adalah investasi masa depan dan pendidikan maupun potensi mereka merupakan salah satu senjata untuk mereka gunakan agar bisa berkontribusi bagi keluarga, bangsa, negara dan agamanya suatu hari nanti. Biarkan mereka mengembangkan potensinya masing-masing, jangan menyeragamkan potensi mereka dengan orang lain, sebab setiap diri mereka memiliki kecerdasan ganda bukan kecerdasan tunggal. Dan itulah tugas dari kita semua saat ini untuk membantu mereka agar suatu saat nanti dengan potensi tersebut mereka mampu untuk membawa nama baik Indonesia di mata dunia.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun