Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah -Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menteri Agama Banjir Pujian Setelah Ucapkan Natal

25 Desember 2020   09:38 Diperbarui: 25 Desember 2020   11:01 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri agama menyampaikan ucapan selamat natal/instagram.com/gusyaqut

Hari ini Jumat, 25 Desember 2020 merupakan moment penting bagi Umat Kristiani dimanapun berada dari sabang sampai merauke dari Indonesia sampai Manca negara semua merayakan Natal.

Di Indonesia sendiri jauh sebelum Gus Yaqut menjadi Menteri Agama, pasti dan pasti selalu dan selalu diwarnai dengan berbagai perdebatan dan adu argumentasi masing-masing mengenai perayaan yang menjadi kontroversial ini.

Bagi kelompok yang mengharamkan perayaan Natal, maka mereka akan serta merta mengeluarkan jurus dalil atau pun hadist, karena memang itulah senjata atau tameng baginya.

Jika pun terjawab sudah oleh kelompok yang membolehkan dengan dalil berikut hadistnya, maka bagi kelompok sebelah akan serta merta ngeles sebagai bentuk penampikan. Kemudian beralih dengan pertanyaan, hadistnya dhoif? Khasan? Atau Shohih? Gitu terus sampai mbulet, bak benang kusut yang sulit untuk diurai.

Para kelompok-kelompok ini belakangan dikenal dengan dengan NU garis lurus dan sejenisnya yang merasa tidak srek jika tidak tanya soal dalil. Sehingga terkenal dengan istilah mana dalilnya?   

Perihal ini terkadang Saya malu sendiri tethadap Umat Kristiani. Mereka memang tidak memerlukan ucapan yang kita sampaikan untuknya karena mereka tau ada kelompok yang suka meributkan.

Pernah seorang teman ngomong begini, "ngak usah repot-repot mas ngucapin selamat natal selamat nyepi pada saya toh saya tidak membutuhnya kok". Hal ini jelas karena mereka sering melihat tentang perayaannya yang menjadi problem yang sering diperdebatkan.

Dari segi Ulama pun demikian ada yang membolehkan ada pula yang melarang dengan tetap kekeh mengatakan hal tersebut sebagai haram dengan dalilnya.

Ragam wawasan seperti ini dengan masing-masing argumennya seakan dari pihak yang mengharamkan yang paling benar sendiri sekalipun lengkap dijelaskan oleh orang-orang moderat lengkap dengan sanadnya namun sia-sia.

Persoalan ini sebenarnya merupakan sebuah ijtihad yang mana silahkan anda mengucapkannya tidak mengapa dan tak mengucapkan pun tidak masalah.

Justru masalah ini terjadi bukan dari lain agama masalah yang terjadi adalah dari umat islam sendiri yang merusaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun