Mohon tunggu...
SAMAN
SAMAN Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar berkarya

Semangat berkarya

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pandemi sudah menjadi hambatan di tambah dengan Banjir yang melanda warga di Lamongan untuk melakukan kegiatan ekomomi

21 Januari 2021   13:00 Diperbarui: 21 Januari 2021   13:46 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Adanya wabah Virus Corona atau Covid 19 yang melanda indonesia sejak awal tahun 2020 merupakan tantangan besar yang harus dilalui oleh masyarakat, bagaimana tidak ? Dengan adanya wabah tersebut semua aspek kehidupan masyarakat terdampak baik dari bidang pendidikan, sosial politik hingga bidang ekonomi. Pasalnya pemerintah memperlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) yang mana secara tidak langsung juga membatasi gerak masyarakat.

Dalam hal ini yang paling merasakan dampaknya adalah dalam bidang ekonomi, pasalnya dari segi produksi hingga proses pemasaran terjadi banyak tantangan baru dengan adanya PSBB. Namun lambat laun hal ini mampu dilalui masyarakat dengan mengkolaborasikan kecanggihan teknologi. Akan tetapi setelah masyarakat mampu melaluii pandemi ini muncul lagi permasalahan baru yang menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia khususnya yang berkaitan langsung dengan alam dan kegiatan perekonomiannya.

Letak geografis dan keadaan iklim di Indonesia yang memang di akui oleh sebagian besar masyarakat baik dari dalam negeri maupun manca negara sebagai potensi yang sangat berharga untuk menunjang kemakmuran masyarakat dalam sebuah negara. Seperti yang kita ketahui saat ini bahwasanya dari segi sumber daya alam yang ada di Indonesia, sebagian banyak tidak bisa dimiliki oleh negara lain.

Namun hal tersebut terbalik dengan keadaan yang sedang ada di beberapa wilayah di Indonesi, seperti hal nya yang ada di Lamongan tepatnya Kecamatan Turi, Desa Tiwet. Saat musim penghujan seperti saat ini daerah tersebut tidak hentinya menjadi pusat perhatian masyarakat lamongan bahkan luar lamongan. Pasalnya tingkat kerawanan untuk terjadinya banjir sangat tingfi, seperti contoh pada saat hujan beberapa hari yang lalu membuat daerah tersebut banjir dan bahkan air yang menggenang bertahan sampai satu minggu lebih.

Bukan tanpa sebab, menurut pendapat beberapa warga desa tersebut mereka dengan sadar mengatakan " iya bagaimana lagi mas, memang desa kami ini sejak dulu menjadi daerah langganan banjir karena secara lokasi desa kami berada di dataran rendah, sehingga luapan dari sungai jurusan kali berantas dan air dari lamongan kota mengalir ke desa kami " ujar agung seorang warga Desa tiwet asli.

Peristiwa ini secara tidak langsung telah merubah pola hidup masyarakat desa tiwet, yang sebelumnya melakukan segala kegiatan dengan transportasi darat seperti sepeda motor, mobil hingga jalan kaki mulai saat ini harus menggunakan perahu kecil guna melakukan kegiatannya. Hal ini oleh masyarakat setempat sudah dilakukan diskusi langsung dengan pemerintah daerah dan mendapat respon dengan dilakukanya pembersihan eceng gondok dan sampah yang ada di sungai.

Namun demikian, upaya tersebut tidaklah sepenuhnya efektif mengingat daerah nya berada di dataran rendah sehingga bisa atau tidak masyarakat harus mau beralih transportasi menggunakan perahu kecil untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi seperti ke pasar, sawah dan melakukan kegiatan lainya.

Peristiwa ini diikuti berbagai rentetan aksi masa terjun ke kantor kecamatan, masyarakat dengan penuh kesadaran meminta upaya dari pemerintah setempat untuk menanggulangi banjir yang melanda desa warga, bahkan hal ini sampai memicu adu argumentasi yang ramai hingga polisi dari polsek kecamatan turi tersebut turun untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan seperti kegiatan yang anarkis dari warga. Satu sisi tidak selayaknya kita melimpahakan penyebab banjir tersebut kepada pemerintah, seharusnya sebagai masyarakat kita juga harus sadar apakah sebenarnya penyebab utama daerah tersebut banjir dan bagaimana solusinya

Bukan tanpa sebab lagi, kebutuhan manusia terhadap pangan tetap berlangsung sedangkan lingkungan tempat tinggal dalam keadaan yang sangat tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan ekonomi. Memang bagi mereka yang mampu memanfaatkan teknologi peristiwa semacam ini bukanlah masalah yang perlu di jadikan perguncingan, akan tetapi mereka yang tidak memahami kemajuan teknologi secara tidak langsung merasa kegiatan ekonominya mati karena wilayah yang digunakan untuk pemasaran terendam banjir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun