Mohon tunggu...
Salsa Dila Rizki Anggraeni
Salsa Dila Rizki Anggraeni Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Suka menulis novel

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Am I Fine?

29 September 2022   21:29 Diperbarui: 29 September 2022   21:31 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

    Syella yang mendengar itu bukannya semakin mau membukakan pintunya malah semakin tidak mau membukakan pintu kamar nya itu. Dengan segala penyesakan dan linangan air mata di pipinya, ia pun beranjak mencari buku diary kesayangannya, buku diary yang berisi tentang semua penderitaannya selama ini yang dialami buku diary yang tidak ada hal atau hari paling bahagia titik karena setiap hari bahagianya selalu hancur dengan respon yang diberikan Haris papanya.

     Dengan sangat gemetaran dia menulis pada diary nya

"Hai diary ku hari ini aku mendapatkan perlakuan yang sama, bagi orang lain Papa adalah cinta pertama mereka, aku juga seperti itu namun saat ini aku merasa asing kepada papaku sendiri, karena papaku sangat berbeda kali ini semenjak berpisah dengan ibu 15 tahun yang lalu. Ya, yang selama ini menemaniku yang kupanggil Mama itu adalah ibu tiriku dia sangat menyayangiku begitu juga dengan aku titik Papa menjadi orang yang tak pernah peduli lagi kepadaku seolah dia hanya punya kakakku. dia hanya peduli dengan apa yang dilakukan oleh kakakku sedangkan denganku dia selalu menyerahkan segalanya kepada kakakku selalu saja ada alasannya. Bahkan dia tidak mengabulkan apa yang aku minta sedangkan ibu tiriku dan kakakku saja selalu ia kabulkan. Prestasi-prestasi yang kakakku capai saja dia sangat peduli dan terlihat sangat-sangat bangga tapi ketika aku mendapatkan prestasiku, dia tidak merespon apapun dia terlihat sangat biasa-biasa saja aku juga pernah mengajaknya berbincang tentang bagaimana sekolahku, tapi dia tidak menjawab apapun hanya mengangguk seolah dia mengerti setelahnya dia menanyakan dan menyuruhku menceritakannya kembali atau mengulang kata-kata itu aku pun menurut karena aku pikir mungkin dia pelupa atau sedang tidak fokus. Pada awalnya aku sabar menghadapi semua ini namun setelah aku pikir-pikir hingga saat ini detik ini sepertinya dia memang tidak ingin mendengar cerita-cerita ceria ataupun kesedihan yang aku alami, bahkan disaat aku terpuruk dan terluka pun dia tidak tahu, kali ini pemikiranku sama yaitu 'dia tak ingin mendengarkan ceritaku lagi'. Di sisi lain dia memang sering berkata "kalian berdua adalah anak-anak Papa, Papa sama-sama menyayangi kalian berdua, Dan Papa tidak pernah membeda-bedakan kalian berdua" hei apakah perasaanku selama ini salah tanda tanya atau perasaan dia yang bahkan mungkin tidak mau memperdulikanku tapi it is okay I'm fine dan pada akhirnya aku hanya menceritakan semuanya di sini di dalam diary kesayanganku. ketahuilah paaa aku tak pernah membencimu aku hanya saja kecewa dengan perlakuanmu kepadaku belakangan ini. Aku hanya berharap Papa bisa menyadari apa yang dia lakukan kepadaku suatu saat nanti."

     Dengan rasa sakit, dan isak tangis yang menggebu, serta dengan perasaan yang tak karuan. Syella menutup lembaran kesakitan itu dan segera beranjak menyimpan diary nya itu, dan setelahnya Syella beranjak dari tempat ia duduk dan bergegas menuju lemari untuk mencari pakaian gantinya.

     Sedangkan di sisi lain Harris dan Rindi sedang berdebat mengenai kelakuan Harris yang sudah sangat keterlaluan terhadap Syella. Di sisi lain Syella yang mendengar samar-samar perdebatan kedua orang tuanya itu segera membantingkan vas bunga yang terletak di meja belajarnya mengarah ke arah pintu yang terkunci itu.

    BRAKKK Rindi dan Haris yang mendengar itu segera beranjak menuju depan pintu kamar Syella dengan perasaan yang sangat panik ia segera mengetuk pintu itu "Syella ada apa?papa dan mama tidak berdebat sayang," ujar Rindi. Rindi yang sudah tahu jika Syella membandingkan barang apapun itu karena mendengar mama dan papanya yang bertengkar.

    Haris dengan perasaan yang sama paniknya dengan Rindi bercampur dengan perasaan bersalah yang menyelimuti dirinya ia terus mengetuk pintu kamar Syella sambil berujar "sayang bisa buka dulu pintunya? Papa dan Mama ingin berbicara sesuatu padamu," Ujar Haris dengan perasaan menyesal yang begitu besar.

    Sedangkan di sisi lain Syella dengan begitu frustasinya karena mengingat perlakuan papanya terhadapnya selama ini,dia mengambil pecahan vas bunga bekas dilempar tadi untuk di goreskan pada lengan kirinya. Dengan perasaan yang masih emosi dan rasa sesak yang ada sedari tadi ia pun menangis sejadi-jadinya dan menjerit sekencang-kencangnya

     Rindi dan Haris yang mendengar jeritan Syella mereka dibuat semakin panik dengan suara itu, "Syella sayang buka dulu sebentar, mari kita selesaikan semuanya sayang," ucap Rindi sedikit berteriak karena merasa panik disertai dengan suara yang sangat bergetar.

     Syella yang mendengar suara Rindi sangat bergetar, akhirnya dia berhenti melakukan aktivitas nya yang sangat berbahaya itu. Tak lama dari itu akhirnya Syella mau membukakan pintunya untuk kedua orang tuanya dengan mata yang sangat sembab, lengan dan kaki yang penuh luka dan darah karena kelakuannya tadi. Haris dan Rindi yang melihat itu segera menarik Syella ke dalam pelukan mereka. 5 menit telah berlalu mereka merasakan kehangatan pelukan masing-masing dan segera melepaskannya.

     Rindi dan Haris menuntun Syella untuk duduk di sofa yang terdapat di ruang tamu, dan Rindi segera mencari kotak P3K agar cepat mengobati luka yang ada pada sebagian tubuh Syella. Sembari menunggu Rindi kembali Haris mengusap puncak kepala Syella "Maafkan papa nak, papa tidak pernah bermaksud untuk membanding bandingkan kalian berdua, papa kali ini benar benar menyesali semua perbuatan papa terhadap kamu. Papa sayang kamu, kakakmu, begitu juga mama," ujar Haris dengan isak tangis penyesalannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun