Mohon tunggu...
Salsabila Pragita
Salsabila Pragita Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

————

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hydrangea

24 Februari 2021   01:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:43 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Jalan begitu macet di akhir pekan, mungkin saya baru sampai sekitar pukul sepuluh malam. Jangan khwatir, untuk tetangga yang dengan baik hati menerima paket yang datang, saya tidak mungkin kembali dengan tangan kosong.”

“Tentu saja harus begitu. Bapak harus melakukannya jika hati nurani Bapak masih ‘berfungsi dengan baik’.”

Lintang tak dapat menahan tawanya mendengar kalimat terakhir yang Dirga ucapkan. “Apa itu? Mengapa terkesan aneh ketika kamu mengucapkannya?”

“Ya, karena kalimat itu saya kutip dari pemimpinnya orang-orang aneh.”

Lintang berdecak pelan, bibirnya membentuk sebuah senyuman geli, diam-diam dalam hatinya, ia menyetujui perkataan Dirga. “Elang seperti penulis yang kalimat-kalimatnya sangat suka kamu kutip. Kamu seperti penggemar beratnya. Mungkin di masa depan semua kata ‘mutiara’-nya itu perlu diterbitkan menjadi sebuah buku,” balas Lintang, benaknya membayangkan ekspresi apa yang akan Elang tunjukkan jika mendengar perkataannya barusan.

“Dia bisa menjadikan itu sebagai alternatif ladang uangnya.”

Dirga dan Lintang sama-sama tertawa setelahnya. Kemudian membicarakan beberapa hal sederhana yang lain, sebelum memutuskan untuk mengakhiri panggilan.

Lintang kembali memusatkan seluruh fokus pada jalan di depannya. Saat ini jalanan cukup lenggang, namun Lintang tak ingin berharap banyak. Hal seperti ini nyaris tak pernah berlangsung lama. Lintang menebak-nebak tentang kapan mobilnya akan terjebak di antara ribuan mobil lainnnya, menanti giliran untuk bergerak setidaknya satu meter ke depan. Berapa lama hal itu akan berlangsung? Apa ia bahkan bisa sampai di kota tempat tinggalnya di hari yang sama? Mengingat  sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.

Di tengah pikiran acaknya itu, suara berdebam keras mengejutkan Lintang. Secara refleks kepalanya menoleh, sekalipun dalam situasi sedang mengemudi seperti ini. Namun, belum sempat diketahuinya tentang penyebab suara yang mengejutkannya itu, tanpa terduga mobilnya terseret ke depan setelah dihantam kendaraan lain dengan bobot berkali-kali lipat dari bobot mobilnya. Lintang tak begitu ingat apa yang terjadi setelahnya. Mungkin tentang mobilnya yang berputar-putar sebelum menabrak pembatas jalan.

Darah segar mengucur dari pelipisnya, menghasilkan bau anyir yang mengganggu indera penciuman. Saat itu, satu-satunya hal yang ingat selain sakit luar biasa di seluruh tubuhnya adalah suara tubrukan besi, teriakan nyaring orang-orang, dan… entahlah, ingatannya begitu kacau saat ia merasa seluruh dunianya berputar. Rasa sakit semakin terasa, semakin menyiksa, rasa sakit yang perlahan menelan kesadarannya atau mungkin… kehidupannya.

-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun