Mohon tunggu...
Salsabila Pragita
Salsabila Pragita Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

————

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hydrangea

24 Februari 2021   01:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:43 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Wah!” Dirga berseru seraya menepuk tangannya. “Ini sulit dipercaya! Benar-benar sulit dipercaya.”

-

Ketika pintu atap sekolah terbuka, Elang hampir tak mempercayai apa yang dilihatnya. Ia terdiam di tempat, mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa yang ia lihat saat ini bukanlah bagian dari halusinasinya. Bagaimana tidak, saat ini ia mendapati sosok Dirgantara Putra duduk dengan mata menatap serius pada laptop di hadapannya. Elang nyaris menampar wajahnya sendiri untuk meyakinkan dirinya tentang apa yang matanya lihat itu, jika saja Dirga tak menoleh, mendapati keberadaannya, lantas memberinya tatapan angkuh.

“Apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Dirga dingin.

Sadar bahwa ia hampir saja melakukan melakukan hal bodoh, Elang langsung menyadarkan dirinya sendiri. Ia mengembalikan wajah datar dan sorot dingin yang biasa ia tunjukkan, kemudian berjalan menghampiri Dirga yang kembali fokus pada laptopnya.

Elang berdiri di samping Dirga, turut melihat pekerjaannya. Ketika dilihatnya Dirga justru membuat bentuk-bentuk abstrak pada halaman power point di laptopnya, bukan memasukkan tulisan-tulisan yang sudah ia buat, Elang mendekatkan wajahnya pada layar laptop Dirga. Matanya membulat melihat bentuk-bentuk abstrak yang Dirga buat, karena itu justru sangat menarik di matanya.

“Sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Dirga, merasa terganggu dengan gerakan Elang yang tiba-tiba.

Elang mengangkat kepalanya, menatap Dirga dengan sorot takjub. Mata besarnya membulat sempurna, sementara mulutnya menganga. Ini adalah satu-satunya ekspresi lain yang Dirga lihat dari wajah Elang, selain raut angkuhnya yang sungguh menjengkelkan itu.  “Templatnya. Alih-alih mengunduh dari internet atau menggunakan yang sudah ada, kamu justru membuatnya sendiri?” tanya Elang dengan nada tak percaya.

Dirga hanya menggangguk sebagai jawaban.

Elang kembali mendekatkan wajahnya pada laptop Dirga, melihat hasil pekerjaannya. Siswa teladan itu tak berhenti berdecak kagum pada setiap halaman yang dilihatnya. Hal itu entah mengapa membuat satu sudut dalam hati Dirga tersentuh. Ia tak ingat kapan terakhir kali seseorang memberikan reaksi seperti itu atas hasil pekerjaannya.

Melihat Elang yang masih betah memandangi hasil karyanya membuat Dirga tersenyum jahil, “Apa kamu baru saja merasa kagum?” tanya Dirga dengan wajah tengilnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun