Mohon tunggu...
Salsabila Pragita
Salsabila Pragita Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

————

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hydrangea

24 Februari 2021   01:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:43 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sedikit banyak ia mencari tahu mengenai kehidupan Elang melalui data yang disediakan oleh sekolah, guru-guru lain, dan para siswa. Lintang menduga bahwa sikap Elang muncul karena penekanan dari keluarganya yang menuntut kesempurnaan. Ayah Elang adalah seorang profesor ahli bedah di rumah sakit besar, kakaknya pun bekerja di tempat yang sama sebagai profesor termuda di sana. Sementara ibunya adalah seorang dosen hukum di universitas ternama. Dengan latar belakang keluarga seperti itu, nyaris mustahil jika Elang tidak dituntut untuk melanjutkan keberhasilan mereka.

Apa yang dilihatnya beberapa hari yang lalu memperkuat dugaannya tersebut. Ketika ia mendapati tangan kanan Elang yang terbalut perban, ia khawatir jika Elang melukai dirinya sendiri lagi karena rasa tertekannya yang tak dapat ia sampaikan pada siapapun. Lintang sangat ingin membantu muridnya itu. Namun ia tidak yakin tentang cara apa yang sebaiknya ia lakukan. Bagaimana pun ia ini orang asing, turut campur akan kehidupan pribadi siswa bukanlah merupakan pilihan yang bijak.

Satu-satunya cara yang terpikirkan adalah hal yang sedang ia lakukan saat ini. Anggaplah saat ini ia tengah menerapkan salah satu hukum fisika yang menerangkan bahwa dua kutub magnet yang berlainan jenis, akan saling tarik-menarik jika diletakkan di tempat yang berdekatan.

-

Bagian Keempat

Dirgantara Putra dan Elang Maharendra adalah dua orang dengan kepribadian yang saling bertolak belakang, mereka layaknya dua kutub magnet yang berlawanan. Dirga dengan jiwa bebasnya menganggap bahwa hidup layaknya taman bermain di mana bisa melakukan apapun sesuka hatinya, tanpa aturan, tanpa pengekangan, hanya mengedepankan naluri. Sementara Elang mengekang dirinya dengan segudang aturan yang ia buat sendiri. Elang melakukan segala hal dengan berbagai perhitungan dan pertimbangan, memutuskan apapun dengan menimbang-nimbang tentang risiko dan konsekuensi apa yang akan datang di masa depan. Keduanya jelas pribadi yang sangat berbeda, tak ada yang bisa menentangnya.

Namun Lintang justru mendapati perbedaan tersebut sebagai suatu hal yang unik. Seperti menempatkan dua kutub magnet berlawanan di tempat yang sama, keduanya akan saling tarik-menarik. Lintang meyakini bahwa Dirga dengan segela kebebasan yang ia punya dapat setidaknya mengubah sedikit pandangan rumit Elang tentang hidup, sehingga ia dapat sedikit beristirahat dari segala kerja kerasnya. Lalu Dirga akan banyak belajar tentang arti kerja keras dan tekad yang kuat dari Elang. Elang akan mengajarkan Dirga untuk tidak menyerah pada masa depan, sesulit apapun situasi yang dijalaninya. Lintang berharap dua muridnya itu dapat menjad teman baik dan dapat saling mengandalkan satu sama lain.

-

“Apa saja yang kamu lakukan hingga pulang selarut ini?”

Suara tegas penuh wibawa, namun terkesan begitu tajam itu menjadi hal pertama yang menyambut kepulangan Elang. Matanya menangkap sosok pria paruh baya duduk di sofa ruang keluarga dengan selembar koran di tangannya. Ketika dua pasang obsidian serupa itu saling menatap, Guntur, sosok paruh baya yang merupakan ayah dari Elang itu melipat korannya. Guntur berdiri, berjalan menghampiri putranya yang berdiri mematung, tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya.

“Jawab pertanyaan saya, Elang Maharendra,” ujar Guntur saat dirinya telah berdiri di hadapan Elang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun