Mohon tunggu...
Salsabila Pragita
Salsabila Pragita Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

————

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hydrangea

24 Februari 2021   01:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:43 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Merasakan atmosfer tak menyenangkan yang tiba-tiba tercipta, Elang mengangkat tangannya,

“Oke, maaf jika pertanyaanku terlalu menyentuh wilayah pribadimu.” Elang mencoba memperbaiki keadaan dengan mengingat kembali niatnya datang ke apartemen Dirga.

“Kamu telah kehilangan kesempatan untuk memberikan pendapat, jadi aku memutuskan bahwa film dan novel yang akan kita ulas adalah Laskar Pelangi,” Elang berujar seraya mengeluarkan laptop dan sebuah diska lepas dari tasnya.

“Ulasan untuk novel sudah aku kerjakan, tapi aku belum sempat memeriksanya. Baca ulang dan perbaiki kesalahan ketik lalu buka file power point, materinya sudah lengkap, kamu hanya perlu menambah transisi dan animasi,” jelas Elang panjang lebar seraya memberikan diska lepas di tangannya pada Dirga. “Gunakan templat apapun yang kamu suka.”

Dirga menerima benda kecil berwarna perak itu dengan tatapan bingung. “Mengapa aku… harus mematuhi perintahmu?”

Elang hanya menjawab pertanyaan Dirga dengan mengangkat bahunya. “Ini kesempatan terakhirmu,” ujarnya dingin.

“Pak Lintang yang menyuruhmu?” Dirga bertanya tiba-tiba. Elang yang sudah mengalihkan pandangannya pada layar laptop kembali menoleh padanya.

“Apapun itu, kamu tidak perlu repot-repot berbuat baik. Katakan itu juga pada Pak Lintang jika beliau yang memintamu melakukan ini.” Dirga menatap Elang tepat pada iris coklatnya, atmosfer dingin tiba-tiba tercipta di antara keduanya.

Untuk sementara waktu, Elang hanya terdiam, tak memberikan tanggapan apapun atas perkataan Dirga. Hal ini lantas membuat Dirga memilih untuk beranjak dari tempatnya duduk, berniat untuk pergi sebelum suara Elang menghentikannya.

“Bagi Pak Lintang mungkin ini perbuatan baik, tapi bagiku…” Elang mengangkat kepalanya, menatap Dirga yang telah berdiri di belakang sofa yang ia duduki, “ini sama sekali bukan perbuatan baik.” Lagi-lagi Elang tersenyum miring, kali ini terdapat kesan meremehkan di dalamnya.

“Entah kamu yang terlalu naif atau memang bodoh. Dirga, apa kamu pikir aku akan dengan suka rela menghabiskan waktu untuk bersabar menghadapi orang seperti kamu?” Elang bertanya dengan penekanan pada akhir kalimatnya. “Tentu saja ini situasi memberi dan menerima.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun