Mohon tunggu...
Salsabila Pragita
Salsabila Pragita Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

————

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hydrangea

24 Februari 2021   01:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:43 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Melihat sorot percaya diri yang terpancar di ekspresi datar Elang, Lintang lantas tertawa pelan. “Kamu terlihat sangat yakin? Sepertinya kamu sudah menyusun rencana.”

“Ya, tentu saja. Jika Bapak dapat memenuhi syarat yang saya ajukan.”

Lintang mengangkat bahu kemudian menjulurkan tangannya, “Setuju,” ujarnya seraya meminta Elang untuk menjabat tangannya. Namun, Elang tak melakukan permintaannya, memilih diam menatap uluran tangan Lintang.

Ketika Lintang mengalihkan pandangannya pada tangan kanan Elang yang terbalut perban, ia tak bisa menyembunyikan raut terkejutnya. “Ada apa dengan tanganmu?” tanya Lintang.

Elang nampak sama terkejutnya. Dengan gerakan canggung, ia menyembunyikan tangan kanannya ke belakang tubuhnya. “Bukan apa-apa,” jawab Elang, sebisa mungkin menjaga nada bicaranya agar tetap terdengar tenang.

Respon yang Elang tunjukkan menyadarkan Lintang bahwa ada sesuatu yang salah darinya. Namun Lintang memilih untuk tidak menunjukkan rasa penasarannya, bukan, ini jelas rasa khawatir.

-

Seperti hari-hari lainnya, Dirga menghabiskan jam pelajaran di atap gedung sekolah, duduk di tempat yang sama, dengan gaya yang sama. Namun pagi ini, ia melakukannya tanpa musik dan camilan. Dengan mata terpejam, ia membiarkan cahaya hangat matahari menerpa permukaan kulit wajahnya.

Sayangnya, ini mungkin bukan hari baiknya. Baru beberapa menit ia menikmati waktu menyenangkan itu, di detik berikutnya, ia merasakan hangat tak lagi menerpa kulit wajahnya. Dengan gerakan malas, ia membuka matanya, mencari tahu tentang apa penyebabnya. Orang menyebalkan mana yang berani mengganggu ritual paginya ini?
Dirga mendengus kasar dengan wajah kesal ketika mendapati seseorang berdiri di depannya, menghalangi cahaya matahari yang sedang ia nikmati.

“Minggir! Kamu menghalangi cahaya matahari,” titah Dirga, lantas kembali memejamkan matanya.

Elang mengabaikan perintah Dirga, ia tak beranjak sedikitpun dari tempatnya. “Berapa banyak ulasan yang kamu baca?” tanya Elang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun