Mohon tunggu...
Salsabila Pragita
Salsabila Pragita Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

————

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hydrangea

24 Februari 2021   01:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:43 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Dirga mendesis pelan, kemudian menggelengkan kepalanya. Ia masih berusaha menebak dan meyakinkan pemikirannya, “Tapi semuanya menjadi paling masuk akal jika Pak Lintang ‘pelaku’-nya.”

“Sebenarnya apa maunya itu!” seru Dirga setelahnya, berteriak pada angin. Tangannya mengacak rambutnya, gusar.

-

Pukul 6.20 pagi, ketika Lintang sampai di ruang guru, biasanya pintu ruangan itu masih tertutup rapat. Ia selalu menjadi orang pertama yang mematikan alarm keamanan pada pintu ruang guru. Selain penjaga sekolah dan perugas kebersihan, Lintang jarang menemui penghuni sekolah lain di jam itu. Namun hari ini, sepertinya sedikit berbeda.

Ketika kakinya memasuki koridor ruang guru, dari kejauhan, matanya langsung menangkap sosok berseragam putih abu-abu berdiri dengan punggung bersandar pada dinding. Sosok itu tak menyadari kehadiran Lintang, bahkan ketika ia berjalan mendekatinya, sepertinya buku tebal di kedua tangannya itu benar-benar mengambil seluruh perhatian dan fokusnya.

“Apa kamu memang selalu datang sepagi ini?” tanya Lintang seraya memindai sidik jarinya untuk membuka pintu ruang guru.

Elang, yang sejak tadi terus menunduk, fokus pada buku tebalnya itu mengangkat kepalanya.

“Saya datang lebih awal jika ada keperluan,” jawabnya datar.

Ketika pintu terbuka, Lintang masuk diikuti Elang di belakangnya. Keduanya berjalan menuju meja kerja Lintang yang terletak di sudut kanan ruang guru.

“Jam berapa kamu sampai? Apa kamu sudah lama menunggu?” tanya Lintang, terkesan basa-basi. Ia meletakkan tas punggungnya di bawah kursi, lalu melepas jas hitamnya, menyampirkannya pada sandaran kursi.

Sementara itu Elang memperhatikan seluruh gerakan gurunya itu dalam diam, wajahnya memperlihatkan raut yang seolah menunjukkan bahwa ia tak berminat untuk menjawab pertanyaan Lintang itu. Ia masih berdiri sekalipun Lintang telah mempersilahkannya untuk duduk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun