Mohon tunggu...
Salsabila Pragita
Salsabila Pragita Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

————

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menanti Akhir Pandemi Covid-19

23 November 2020   10:17 Diperbarui: 23 November 2020   10:27 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Jumlah kasus positif Covid-19 yang kian meningkat setiap harinya, tentulah membuat masyarakat bertanya-tanya tentang akhir dari pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama 8 bulan ini. Hari ini, Minggu (22/11) tercatat 4.360 kasus baru yang dilaporkan. Hal itu berarti total kasus positif Covid-19 di Indonesia menjadi 497.668 kasus. Sementara itu sebanyak 15.884 pasien positif dinyatakan meninggal dunia.

Peningkatan jumlah kasus tersebut disebabkan oleh berbagai alasan. Salah satunya adalah melemahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya implementasi protokol kesehatan dalam segala kegiatan. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus pelanggaran protokol kesehetan yang dilakukan oleh masyarakat. 

Himbauan untuk mengenakan masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan tak lagi diindahkan oleh sebagian besar masyarakat. Ini terjadi karena masyarakat yang mulai bersikap acuh tak acuh terhadap Covid-19 ini, seolah ribuan pasien positif yang meninggal itu bukanlah apa-apa. Maka untuk mengatasi hal tersebut, pihak-pihak berwenang perlu memberikan tindakan tegas terhadap pelaku pelanggaran tersebut. 

Namun, lebih dari itu, kerja sama antara pemerintah, baik pusat maupun daerah, dengan masyarakat untuk mencegah terjadinya pelanggaran jauh lebih penting dibanding menindak pelanggaran yang sudah terjadi.

Alasan lain yang menyebabkan meningkat pesatnya kasus positif Covid-19 adalah keenganan masyarakat untuk berinsiatif melakukan tes Covid-19 ketika timbul gejala. Beberapa penyebabnya adalah biaya tes yang mahal dan ketakutan akan stigma yang masih muncul terhadap pasien, penyintas, bahkan keluarga. 

Hasil survei Laporcovid-19 menunjukkan bahwa 55 persen dari responden yang terjangkit dan penyintas mengaku dijadikan buah bibir, 33 persen mengaku dikucilkan, dan 25 persen dilabeli sebagai pembawa virus. Hal serupa pun dialami oleh para keluarga, yaitu 42 persen dijadikan buah bibir dan 27 persen dijauhi teman dan tetangga.

Survei di atas menunjukkan bahwa diperlukannya tindakan yang nyata untuk menghentikan persoalan ini. Pemerintah perlu mengadakan komunikasi secara berkala dengan masyarakat mengenai hal tersebut, dengan memberikan data dan informasi yang akurat. Karena seringkali, stigma tersebut muncul disebabkan karena pengetahuan masyarakat yang masih terbatas mengenai Covid-19.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya implementasi protokol kesehatan merupakan hal utama dalam memutus rantai penyebaran Covid-19. Selain itu, penghilangan stigma terhadap pasien dan penyintas Covid-19 serta para keluarga pun sangat diharapkan. Masyarakat harus memberikan dukungan satu sama lain dalam upaya menghadapi wabah Covid-19 ini. Pemerintah diharapkan dapat memberikan upaya yang tegas dan tepat sasaran untuk menyingkirkan penyebab peningkatan kasus Covid-19 di negeri ini.


Penulis: Salsabila Pragita / XII MIPA 3 / SMA Negeri 1 Padalarang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun