Mohon tunggu...
Salsabila Astri Harinanda
Salsabila Astri Harinanda Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

still on exploring phase. 24/7 cat lover. caffeine-dependent writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontroversi Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran

14 Desember 2019   18:37 Diperbarui: 21 Desember 2019   15:21 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (@kulturtava)

Remaja dan media sosial hampir tidak bisa dipisahkan, hal inilah yang dimanfaatkan gerakan Indonesia Tanpa Pacaran (ITP) untuk turut berkampanye di media sosial sejak didirikannya pada tahun 2015. ITP berfokus pada paham 'pacaran merusak masa depan remaja' dan 'menikah merupakan solusi paling baik'. 

Ungkapan-ungkapan tersebutlah yang menjadikan ITP kontroversial, ditambah lagi bisnis 'membership' yang mereka tawarkan juga membuat gerakan ini kerap menjadi bahan perbincangan warganet. 

Penggagas ITP, La Ode Munafar mengatakan ia memilih pendekatan secara agama untuk mengedukasi khalayaknya dengan alasan 'Indonesia memiliki banyak warga muslim'.

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa ITP gencar mengampanyekan 'nikah muda' terutama pada pelajar dan mahasiswa yang tergolong kelompok usia labil. Kampanye ini selain dilakukan di media sosial, tetapi juga lewat dakwah yang bersifat offline serta buku-buku terbitan ITP sendiri. 

Narasi-narasi yang diberikan ITP seringkali bertuju pada perempuan dan mengatur perempuan, seperti penyampaian materi bagaimana seharusnya perempuan bergaul dalam masyarakat. 

Menariknya, mereka pun menyalahkan perempuan sebagai rusaknya peradaban manusia. ITP mengklaim bahwa perempuan dirusak oleh pemikiran sekuler dan feminisme. Padahal, banyak klaim yang ditulis tidak memiliki sumber yang kredibel, bersifat menuduh tanpa didukung logika dan argumen yang terstruktur jelas.

Bagi ITP, menikah merupakan solusi terbaik. Semua buku yang ditulis oleh pendiri gerakan ini berujung pada konsep bahwa menikah itu solusi paling baik dalam berbagai aspek daripada melajang, masalah finansial bukan menjadi penghalang seorang untuk menikah muda. 

Bagi gerakan ini, semuanya bisa dilakukan hanya dengan bermodalkan niat saja dan mengesampingkan masalah lainnya dengan embel-embel 'sambil dilakukan sambil belajar'. 

Mereka juga menunggah bahwa "menikah muda membuat setan menangis, berpacaran membuat setan tepuk tangan dan tertawa." Hal ini membuat ITP mendapat banyak kecaman dan menyebut gerakan ini berpikiran sempit, karena di masa kini banyak yang berjuang mengatasi pernikahan di bawah umur. 

Seharusnya, ITP sebagai gerakan yang bertujuan untuk menjauhi zina dan mendorong orang untuk berhijrah tidak hanya terfokus pada 'menikah untuk menghalalkan syahwat' yang secara sengaja maupun tidak sengaja terlihat sebagai satu-satunya inti ataupun tujuan dari gerakan ini. 

Masyarakat terutama remaja harus mengingat banyaknya bahaya dari pernikahan dini, mulai dari resiko meninggal lebih besar saat proses kehamilan maupun persalinan, masalah-masalah sosial, ditambah umur yang belum matang menyebabkan pola pikir yang masih labil sehingga lebih besar berpotensi untuk bercerai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun