Mohon tunggu...
Salsabila
Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Studi Kejepangan Universitas Airlangga

Mahasiswa Mata Kuliah Kajian Gender dan Wanita Jepang Studi Kejepangan Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Okaasan Shokudou, Streotip tentang Perempuan di Jepang "Masalah Kesetaraan dan Patriarki"

20 Desember 2022   17:16 Diperbarui: 20 Desember 2022   19:04 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://matcha-jp.com/en/4278 

I. PENDAHULUAN

Negara Jepang adalah negara yang termasuk ke dalam negara maju, salah satu negara paling maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menjadi pengetahuan umum bahwa kehidupan di Jepang pasti memiliki pemikiran yang modern. Tetapi, kenyataannya tentu saja tidak seperti yang kita bayangkan. Jepang adalah negara yang maju dalam ilmu dan teknologinya, tetapi tidak dalam pandangan atau ideologi. Kebanyakan masyarakat Jepang masih menganut paham-paham lama yang sudah tidak relevan lagi di zaman modern sekarang ini. Salah satu keburukan dalam ideologi yang diusung adalah "patriarki" dan "pembagian gender".

Menurut Peringkat Kesetaraan Gender World Economic Forum, Jepang berada di peringkat 121 dari 153. Indikator ini tentunya menjadi pukulan yang kuat dan tentu saja merugikan negara Jepang yang terkenal sebagai negara maju. Kenapa tidak, karena Jepang adalah satu-satunya negara maju yang berada di peringkat terakhir dalam hal kesetaraan gender.

Sebagai dasar dalam "Segmentasi Gender" dan "Patriarki" yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari di Jepang, dapat dilihat pada salah satu hidangan konbini di Jepang. Dikutip dalam www.japanestation.com dengan judul "Nama Menu di Family Mart Jepang Menimbulkan Perdebatan Kesetaraan Gender". Dalam hal ini dijelaskan bahwa ada tiga siswa SMA dari Prefektur Kyoto, Okayama dan Hyogo. Mereka memprotes dan membuat petisi online yang berisi permintaan mereka untuk mengubah nama salah satu menu bento menjadi Okasn Shokud, yang secara harfiah berarti kafetaria ibu. Mereka berpendapat bahwa itu adalah bentuk patriarki yang ada dan bentuk segregasi gender yang perlu ditangani.

II. PEMBAHASAN

Konbini adalah minimarket di Jepang yang buka selama 24 jam. Di dalamnya sering ditemukan banyak makanan  atau kebutuhan lain yang dibutuhkan saat keadaan sedang terdesak. Di dalamnya memang sering didatangi banyak orang sehingga sesuatu yang ada di sana tentunya dapat menjadi sesuatu yang terkenal. Salah satu yang dikenal dalam konbini adalah makanan-makanan yang rasa yang enak dan murah.

Mungkin sebagian kalian tentunya suka dengan masakan ibu. Rasa hangat dan kenyamanan yang diberikan tentunya berbeda dengan makanan yang hanya dibeli (Nama Menu di FamilyMart Jepang Menimbulkan Perdebatan Kesetaraan Gender, 2021) di supermarket. Mungkin, itu yang ingin disampaikan oleh pemilik konbini saat memikirkan memberi nama itu. Tetapi tentunya itu adalah hal yang salah, karena itu memberikan Stereotip tentang tugas ibu yang harus memasak. Kalian tidak akan menyadari bahwa sebagian besar stereotip yang muncul sudah menjadi hal lumrah yang padahal jika ditindak lebih lanjut dapat menjadi akar dari permasalahan, khususnya dalam hal ini adalah permisalan gender.

Dalam berita itu pula, dijelaskan alasan kuat mereka bertiga berani untuk membuat petisi, yaitu "Ini dapat mendorong prasangka yang tidak disadari bahwa "sudah jelas bahwa memasak adalah tugas wanita". Di Jepang, ada perasaan yang kuat bahwa wanita harus menangani pekerjaan rumah dan merawat anak, jadi ada banyak wanita yang tidak punya pilihan selain berhenti dari pekerjaan mereka.

Kami ingin mengubah citra "ibu = memasak" dan mengurangi beban ibu di seluruh dunia. Kami menentang masyarakat di mana peran ditentukan oleh gender dan orang harus menyerah pada banyak hal hanya karena hal itu.

Konbini sudah mengakar dalam kehidupan kita sehari-hari dan memiliki pengaruh besar bagi kita. Kami percaya bahwa mengubah namanya akan menghasilkan kesetaraan gender dalam masyarakat". Dalam kutipan diatas tentunya kalian dapat melihat hal apa yang ingin diungkapkan ketiga siswa itu. Yaitu merubah pandangan tentang wanita dalam kasus ini adalah ibu yang tugasnya memasak, dengan cara merubah sesuatu dari dasarnya yaitu nama makanan. Dengan ini mungkin dapat memutus tali penjerat pembagian gender dalam masyarakat.

Pembagian gender dan patriarki yang sudah tumbuh di masyarakat. Jepang tentunya harus diputus mulai sekarang. Dengan mengubah hal-hal dasar dan mencoba yang terbaik untuk menghapus pembagian gender dalam masyarakat tentunya harus dimulai dari sekarang. Salah satu tindakan yang dilakukan ketiga siswa itu, tentunya dapat menjadi acuan akan berubahnya pemikiran tradisional jepang menjadi lebih modern. Ketiga siswa itu membuktikan bahwa pandangan tradisional jepang sudah mulai berubah seiring generasi dan zaman sehingga tindakan mereka patut menjadi cambukan keras terhadap masyarakat. lain Jepang agar mau untuk mengubah pandangan mereka.


III. KESIMPULAN

Masyarakat Jepang adalah salah satu contoh masyarakat yang masih memegang teguh prinsip-prinsip tradisionalnya. Sehingga cukup sulit untuk melakukan perubahan menjadi masyarakat yang modern. Namun, aksi tiga mahasiswa yang berani mencoba meniadakan salah satu gagasan lama yang masih kuat, yakni "Patriarki" dan "pembagian peran gender", menjadi angin segar bagi revolusi perubahan di Jepang dari generasi ke generasi.

Penamaan makanan yang dibuat di konbini ini tentunya memiliki maksud yang baik. Namun makna lain yang bisa dipahami adalah stereotip yang ada bahwa hanya ibu (perempuan) yang bisa membuat masakan enak. Memang, ini adalah langkah yang sulit untuk mengubah posisi ideologis Jepang yang sudah lama ada. Namun, semakin banyaknya orang Jepang yang memandang kritis gender tentu menjelaskan bahwa akan ada angin baru yang membebaskan Jepang dari kesan "Negara Patriarki".

Referensi :

www.japanesestation.com, Nama Menu di FamilyMart Jepang Menimbulkan Perdebatan Kesetaraan Gender, diakses pada tanggal 18 Desember 2022, pukul 21.34 WIB.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun