APAKAH UJIAN SEKOLAH MASIH RELEVAN DI ERA MERDEKA BELAJAR?
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Apakah ujian sekolah masih relevan di era Merdeka Belajar? Pertanyaan ini layak kita renungkan bersama, terutama di tengah semangat perubahan sistem pendidikan yang semakin menekankan pada kebebasan, kebermaknaan, dan keberpihakan pada siswa. Ujian sekolah selama ini identik dengan tekanan, hafalan materi, dan angka-angka yang menjadi penentu kelulusan. Namun, dalam lanskap pendidikan yang kini menuntut penguatan karakter, kreativitas, dan keterampilan berpikir kritis.
Muncul pertanyaan besar: apakah pola ujian yang bersifat satu arah dan seragam masih dapat menjadi cermin utuh dari keberhasilan pembelajaran? Dalam konteks Merdeka Belajar yang mengusung nilai diferensiasi dan fleksibilitas, penting bagi kita untuk mengevaluasi kembali posisi dan bentuk ujian sekolah agar tetap relevan dan bermakna bagi peserta didik.
Ujian Sekolah: Fungsi dan Praktik Konvensional
Ujian sekolah pada dasarnya merupakan salah satu bentuk evaluasi pembelajaran yang telah lama digunakan untuk mengukur pencapaian siswa terhadap kompetensi dasar yang telah diajarkan di kelas. Dalam praktik konvensionalnya, ujian sekolah sering kali berfokus pada aspek kognitif semata yang mengukur kemampuan siswa dalam mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. Formatnya cenderung tertutup, seperti pilihan ganda atau isian singkat, yang menuntut jawaban tunggal dan benar secara faktual.
Fungsi utamanya adalah memberikan gambaran tentang sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran, sekaligus menjadi salah satu penentu kelulusan pada akhir jenjang pendidikan. Bagi guru dan sekolah, ujian sekolah juga berperan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi keberhasilan proses pembelajaran yang telah berlangsung. Namun, dalam pelaksanaannya, praktik ini tidak lepas dari berbagai tantangan. Ujian sering kali menciptakan tekanan psikologis bagi siswa, terutama jika hasilnya dijadikan satu-satunya tolok ukur keberhasilan.
Lebih dari itu, fokus pada pencapaian nilai akademik membuat dimensi lain dari pendidikan, seperti karakter, kreativitas, dan keterampilan sosial, menjadi terpinggirkan. Tidak jarang pula, guru dan siswa lebih terdorong untuk mengejar hasil akhir daripada memaknai proses belajar itu sendiri. Dalam sistem yang mengutamakan kepatuhan terhadap kurikulum dan pencapaian angka, ruang untuk pendekatan pembelajaran yang lebih holistik dan kontekstual menjadi terbatas. Oleh karena itu, masihkah praktik konvensional ujian sekolah ini mampu menjawab tantangan pendidikan masa kini, terutama dalam semangat Merdeka Belajar yang mengedepankan keberpihakan pada siswa?
Â
Prinsip Merdeka Belajar dan Tantangannya
Merdeka Belajar merupakan sebuah gagasan besar dalam dunia pendidikan Indonesia yang menekankan kebebasan berpikir, keberpihakan pada siswa, dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Prinsip utamanya adalah memberikan ruang bagi peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan konteks kehidupan mereka, bukan sekadar mengejar ketuntasan kurikulum yang seragam.