Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memulai Perjalanan Menuju 1 Syawal 1447 H, Jaga Label Kemenangan

2 April 2025   05:45 Diperbarui: 2 April 2025   05:45 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: berita.pas.org.my

MEMULAI PERJALANAN MENUJU 1 SYAWAL 1447 H, JAGA LABEL KEMENANGAN

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Inpu gambar: katadata.co.id
Inpu gambar: katadata.co.id
Umat Muslim baru saja menghirup udara kemenangan setelah menjalani sebulan penuh ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kemenangan ini bukan sekadar perayaan, melainkan simbol keberhasilan menaklukkan hawa nafsu, menumbuhkan kesabaran, serta memperdalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Ramadhan adalah bulan penuh ujian dan latihan spiritual, di mana setiap muslim ditempa untuk meningkatkan ibadah, menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan, serta memperbanyak amal kebaikan.

Kini, ketika fajar 1 Syawal 1447 H menyingsing, hari raya Idul Fitri datang membawa kebahagiaan, kegembiraan, dan kehangatan dalam kebersamaan. Namun, kebahagiaan ini tidak boleh hanya berhenti pada seremonial kemenangan semata. Lebih dari itu, hari kemenangan ini harus menjadi titik awal bagi perjalanan baru dalam menjaga dan menerapkan nilai-nilai yang telah diperjuangkan selama Ramadhan.

Spirit ketakwaan, keikhlasan, serta kebiasaan berbuat baik yang telah terbangun harus terus dijaga agar kemenangan sejati tidak hanya terasa di hari raya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Memulai perjalanan menuju 1 Syawal berarti melanjutkan perjuangan dengan semangat kebaikan yang lebih kuat, agar kemenangan hakiki tetap terjaga hingga bertemu kembali dengan Ramadhan berikutnya.

Penting bagi setiap umat Muslim untuk melakukan refleksi selama perjalanan Ramadhan yang baru saja dilalui. Bulan suci ini menjadi sebuah kesempatan besar untuk menempa diri dalam ketakwaan, kesabaran, dan kepedulian terhadap sesama. Kini, saat Ramadhan telah berlalu, kita perlu bertanya kepada diri sendiri: sejauh mana ibadah yang telah dilakukan mampu membentuk pribadi yang lebih baik? Apakah kebiasaan baik yang dijalankan selama Ramadhan akan tetap dipertahankan atau justru pudar seiring berjalannya waktu?

Refleksi ini menjadi kunci agar kemenangan yang diraih di penghujung Ramadhan tidak hanya bersifat sementara, melainkan terus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami makna perjalanan spiritual ini, kita dapat menjadikan Syawal sebagai titik awal untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas iman serta amal kebaikan dalam kehidupan setelah Ramadhan.

Untuk menjaga label kemenangan bukan perkara mudah, tetapi itulah tantangan sebenarnya setelah Ramadhan berlalu. Kemenangan sejati bukan hanya tentang merayakan Idul Fitri dengan suka cita, melainkan bagaimana mempertahankan kebiasaan baik yang telah dibangun selama sebulan penuh beribadah. Setelah Ramadhan, hawa nafsu kembali menguji, rutinitas duniawi mulai menyita perhatian, dan semangat ibadah bisa saja perlahan memudar.  Oleh karena itu, diperlukan tekad dan komitmen untuk tetap menjaga ketakwaan, keikhlasan, serta kebiasaan berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari. Shalat lima waktu, membaca Al-Qur'an, berbagi dengan sesama, serta menjaga lisan dan hati harus tetap menjadi bagian dari keseharian, bukan hanya pada saat Ramadhan. Dengan kesadaran dan usaha yang terus-menerus, kemenangan yang telah diraih tidak akan menjadi sekadar momen sesaat, melainkan menjadi pijakan dalam menjalani hidup yang lebih bermakna dan membawa berkah.

Kini, mengawali babak baru setelah Ramadhan, setiap Muslim diharapkan terus bersemangat menabur kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Bulan suci telah melatih untuk lebih sabar, lebih peduli, dan lebih dekat dengan Allah, sehingga nilai-nilai kebaikan yang telah ditanamkan selama Ramadhan seharusnya tidak berhenti begitu saja. Justru, Syawal menjadi awal bagi perjalanan baru dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas ibadah serta akhlak seperti menghormati orang tua, mempererat silaturahmi, berbagi rezeki dengan yang membutuhkan, serta menjaga kejujuran dan keikhlasan adalah contoh nyata dari kemenangan yang sesungguhnya. Semangat berbuat baik harus terus dijaga, bukan hanya sebagai kebiasaan sementara, tetapi sebagai karakter yang melekat dalam diri.

Selamat menjalani tapak perjalanan menuju 1 Syawal 1447 H. Semoga kebahagiaan Idul Fitri tidak hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga awal dari perjalanan baru dalam mempertahankan nilai-nilai kebaikan yang telah dibangun selama Ramadhan. Jaga semangat ibadah, keikhlasan, serta kepedulian terhadap sesama, agar kemenangan yang diraih tetap melekat dalam kehidupan sehari-hari.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun