Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Harmoni Politik: Prabowo, SBY, dan Jokowi dalam Balutan Kemesraan

22 Maret 2025   09:05 Diperbarui: 22 Maret 2025   09:05 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: tuturpedia.com

HARMONI POLITIK: PRABOWO, SBY,  DAN JOKOWI DALAM BALUTAN KEMESRAAN

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Dalam panggung politik Indonesia, hubungan antara Prabowo Subianto, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Joko Widodo (Jokowi) selalu menarik untuk disorot. Ketiganya pernah berada dalam posisi yang berbeda, dari rival dalam pemilu hingga kini tampak menjalin hubungan yang lebih harmonis. Prabowo yang dahulu menjadi lawan Jokowi dalam dua kali kontestasi pilpres kini justru berada dalam kabinetnya sebagai Menteri Pertahanan. Sementara itu, SBY yang pernah menjadi presiden selama dua periode juga mulai menunjukkan kedekatan dengan pemerintahan Jokowi, terutama melalui Partai Demokrat yang dipimpinnya.

Keakraban yang terjalin di antara ketiga tokoh ini mengundang berbagai spekulasi. Apakah ini benar-benar harmoni politik yang tulus demi kepentingan bangsa, atau sekadar strategi pragmatis demi menjaga stabilitas dan kepentingan kekuasaan? Pertanyaan ini menjadi relevan untuk dikaji dalam melihat arah perpolitikan Indonesia ke depan.

Latar Belakang Rivalitas dan Rekonsiliasi

Hubungan antara Prabowo, SBY, dan Jokowi telah melalui berbagai dinamika yang penuh warna, mulai dari rivalitas tajam hingga rekonsiliasi yang mengejutkan banyak pihak. Prabowo, yang dikenal sebagai tokoh militer dan politisi tegas, pernah menjadi rival SBY dalam pencalonan sebagai wakil presiden pada Pemilu 2009, namun kalah dalam kontestasi tersebut.

Setelah itu, ia kembali bertarung dalam dua pilpres berturut-turut, yakni pada 2014 dan 2019, melawan Jokowi. Rivalitas Prabowo dan Jokowi saat itu sangat intens, ditandai dengan kampanye yang keras, persaingan narasi politik yang kuat, dan polarisasi di tengah masyarakat. Sementara itu, SBY yang sudah tidak lagi berkuasa tetap memiliki pengaruh besar dalam politik nasional melalui Partai Demokrat, yang sempat bersikap oposisi terhadap pemerintahan Jokowi.

Namun, peta politik mulai berubah seiring waktu. Setelah kekalahannya pada Pilpres 2019, Prabowo melakukan manuver mengejutkan dengan menerima tawaran Jokowi untuk bergabung dalam kabinet sebagai Menteri Pertahanan. Langkah ini menandai babak baru dalam hubungan mereka, yang dulunya berseberangan kini menjadi bagian dari pemerintahan yang sama. Keputusan Prabowo ini sempat menuai pro dan kontra, terutama di kalangan pendukungnya yang selama ini berada dalam barisan oposisi.

Di sisi lain, hubungan SBY dengan Jokowi juga mengalami pergeseran. Setelah sempat mengambil posisi kritis terhadap pemerintahan Jokowi, Partai Demokrat belakangan mulai menunjukkan tanda-tanda kedekatan, terutama ketika isu koalisi mulai mencuat menjelang Pemilu 2024. Kehadiran Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam berbagai pertemuan politik nasional juga semakin mengindikasikan adanya upaya untuk mendekatkan Demokrat dengan kekuatan politik yang sedang berkuasa.

Rekonsiliasi ini tentu tidak terlepas dari berbagai kepentingan strategis. Prabowo yang dulunya dikenal sebagai oposisi utama kini mendapatkan ruang besar dalam pemerintahan, bahkan berpeluang kuat untuk maju kembali dalam Pilpres 2024 dengan dukungan yang lebih luas. Sementara itu, SBY yang ingin memastikan keberlanjutan politik Demokrat tampaknya menyadari bahwa menjaga hubungan baik dengan pemerintahan Jokowi adalah langkah yang lebih menguntungkan daripada tetap berada di luar kekuasaan.

Dengan demikian, rivalitas yang dulu begitu tajam perlahan mencair menjadi kemesraan politik yang penuh perhitungan. Namun, pertanyaannya, apakah harmoni ini benar-benar didasarkan pada visi bersama untuk kepentingan bangsa, ataukah hanya strategi sementara yang akan berubah seiring dengan dinamika politik yang terus berkembang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun