SEPATU BEKAS DAN MENARA MERCUSUAR: MERENUNGI HIDUP DI ANTARA JEJAK YANG USANG DAN CAHAYA YANG SETIA
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Seorang teman (Addy Gibran Ben Saru) membagikan sebuah potret unik di beranda Facebook dengan judul "Antara Sepatu Bekas dan Mercusuar." Dalam gambar itu, tampak sebuah sepatu bekas yang tergeletak di sekitar dermaga, sejajar dengan menara mercusuar, berlatar pelabuhan Marapokot, Mbay, NTT. Sepintas, dua objek ini tampak tak berhubungan, namun jika direnungi, ada makna filosofis yang mendalam.
Seorang fotografer berhasil membidik foto yang sederhana sekalipun, selalu menyimpan makna mendalam, Sepatu bekas, simbol perjalanan yang telah ditempuh, dengan segala suka dukanya yang teronggok di batas daratan, sementara mercusuar, cahaya yang setia, tetap berdiri kokoh memberi arah bagi yang melintas membawa sinar harapan dan petunjuk di tengah ketidakpastian. Â Jika direnungkan lebih jauh, kedua benda tersebut menjadi simbol kehidupan.
Menariknya dibalik foto tersebut, tidak hanya sekadar menampilkan komposisi visual, melainkan sebuah renungan tentang bagaimana manusia menapaki hidup, meninggalkan jejak, dan mencari terang dalam kegelapan. Dua benda ini seolah mengajak kita untuk merenungi hidup, tentang jejak yang telah kita tinggalkan dan terang yang terus membimbing langkah ke depan.
Filosofi Sepatu Bekas: Jejak yang Usang, tapi Penuh Makna
Sepatu bekas, meski tampak usang dan tak lagi menarik, sebenarnya menyimpan jejak perjalanan yang penuh makna. Setiap lecet, sobekan, atau noda di permukaannya adalah saksi bisu dari berbagai langkah yang telah ditempuh, mungkin telah melewati jalan berbatu yang sulit, menapaki trotoar kota yang sibuk, atau menembus tanah berlumpur di pedesaan. Sepatu bekas tidak hanya sekadar benda yang telah digunakan, tetapi juga simbol perjalanan hidup seseorang, di mana setiap langkah yang diambil membawa cerita, pengalaman, dan pelajaran berharga.
Terkandung filosofi mendalam di dalamnya: seperti halnya sepatu yang semakin lama akan aus, manusia pun mengalami proses yang serupa ketika menjalani kehidupan dengan segala dinamika, menghadapi tantangan, dan pada akhirnya berubah seiring waktu. Namun, meskipun tampak lusuh, sepatu bekas tidak serta-merta kehilangan nilainya. Bagi sebagian orang, sepatu yang sudah tak terpakai bisa menjadi berkah baru, menemukan pemilik baru yang masih bisa memanfaatkannya, sama seperti kebijaksanaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lain.
Dalam kehidupan, kita sering kali terlalu terobsesi dengan hal-hal yang baru dan berkilau, tanpa menyadari bahwa kebijaksanaan sejati justru sering tersembunyi dalam sesuatu yang telah melalui banyak perjalanan. Sepatu bekas mengajarkan bahwa setiap jejak yang kita tinggalkan memiliki arti, dan bahwa nilai seseorang tidak terletak pada penampilan luarnya, melainkan pada perjalanan dan pengalaman yang telah ditempuh.
Menara Mercusuar: Cahaya yang Setia di Tengah Gelap dan Badai
Potret menara mercusuar berdiri tegak di tepian lautan, setia memancarkan cahaya di tengah kegelapan dan badai yang menerjang. Sejak dahulu, mercusuar menjadi simbol harapan bagi para pelaut yang mengarungi samudra luas, memberi petunjuk arah agar mereka tidak tersesat atau karam di perairan yang berbahaya. Tidak peduli seberapa kuat ombak menghantam atau seberapa pekat kabut yang menyelimuti, mercusuar tetap menjalankan tugasnya dengan konsisten menyinari jalan dan membimbing mereka yang membutuhkan. Â Filosofi menara mercusuar mengajarkan bahwa dalam kehidupan, kita juga membutuhkan cahaya yang setia, entah dalam bentuk kebijaksanaan, nilai-nilai moral, atau figur-figur yang menjadi teladan. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang penuh ketidakpastian, ada saatnya kita merasa kehilangan arah, terombang-ambing oleh arus kesulitan dan godaan yang menyesatkan. Namun, seperti mercusuar yang tak pernah padam, harapan dan prinsip yang kuat bisa menjadi penuntun untuk kembali menemukan jalan yang benar.