"Gol!!!" , "Sip bolanya masuk!" berbeda dengan teman-teman, aku lebih memilih masuk ke kelas dan bermain ponsel dengan puas. Guru tak akan menegur, apalagi gangguan teman yang tiba-tiba bertanya apakah ada berita baru? Mungkin hanya satu sampai dua orang yang masuk ke kelas kemudian keluar lagi.
Hari pertama bagi orang kadang menyenangkan kadang menyedihkan. Hari pertama di sekolahku kini adalah hal sangat menyenangkan. Jenuhnya ujian dan remedial serta guru yang tiba-tiba berteriak selesai di ruang guru hingga tembus ke kelasku yang berada di atas menambah peluh kegembiraan sekolah beserta isinya.
Aku memang pendiam dan jarang berkomunikasi. Jika aktif masa pelajaran, ku habiskan mengerjakan tugas hingga tuntas atau tidak membaca buku pelajaran. Mungkin satu atau dua orang yang mengajak berkomunikasi atau sekedar memintaku untuk menemaninya ke toilet.
"Wah si Ronald masuk!" , "Iya orangnya yang masuk gawang lawan!" , "Yee... bahaya dong!" teriakkan teman-teman dan beberapa mengomentari pemain sepak bola. Kata orang, pendingin ruang dengan orang banyak dalam satu tempat, lebih kalah orang banyak. Sedingin-dinginnya suhu yang terkeluarkan, masih terkalahkan. Hahaha, sekarang ia memanjakan aku.
"Eh Ta!" aku menoleh ke arah temanku yang baru selesai memenangkan futsal. Tak melihat, tapi teriakkan teman-teman tadi sangat terungkap. "Ikut dong!" , "Hanya ke kantin!" , "Ya sudah!" aku langsung memesan nasi dengan ikan lele dan sambal terasi. Aku makan bersama temanku yang menjadi striker. Tahu darimana? Nama dia mengiang terus di telinga.
"Eh, aku heran, kenapa kamu diam terus? Tadi seru tahu, berasa di stadion olahraga!" ucap temanku itu. Aku diam saja menikmati hidangan yang tersedia. Apalagi minumnya teh manis yang belum tersentuh. "Kebiasaan tidak menjawab pertanyaan. Apa pertanyaanku tidak penting?".
"Oh ya, sebelum classmeet, aku sempat ke perpustakaan, baca buku tebal. Ya cocok sih buat kamu, buku tebal Cara Mudah Memahami Ekonomi!" aku terus makan sambil mendengar dia yang jelas-jelas belum ku jawab.
Selesai makan, aku meninggalkan dia, tak sangka masih diikuti. "Eh Kai!" panggil temannya. Namanya Mikail, kenapa tak panggilan singkat Kail? Ya, Mikail langsung mengambil suatu itu dan hentakkan kakinya mengejarku yang berjalan cepat.
"Woi Ta, masa teman kita dari jurusan IPA memberi brosur wisata. Padahal kan belum bagi rapor!".
"Paket kuliner!" aku mendengar saja dan Mikail terus membaca bagian paket kuliner. Waktu yang pas, sampai di kelas. "Eh, ini paket kuliner tiap hari dikenalkan dasarnya dulu lho. Bagiku tidak mubazir!".
"Ta, kenapa kamu tidak ikut? Pas buat kamu yang pendiam. Kerjaannya tahan lapar terus!" brosur itu berwarna biru dengan berbagai foto untuk menggambarkan tempat wisata dan bagian pelengkapnya.