Mohon tunggu...
Salma Rabbaniyah
Salma Rabbaniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

lagi belajar Psikologi tapi belum bisa baca pikiran

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Korupsi Karena Genetik

20 April 2021   09:13 Diperbarui: 20 April 2021   09:27 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Korupsi bisa dibilang sebagai masalah besar negeri ini. Berdasarkan indeks persepsi korupsi yang menilik negara bersih korupsi oleh Transparency International pada 2020, Indonesia berada pada urutan 102 dari 180 negara. Indonesia juga termasuk  kedalam negara yang korup di Asia Tenggara. Perilaku korupsi sudah sangat mengakar dalam kehidupan bernegara yang meluas kedalam kehidupan sehari-hari. Apakah berarti lingkungan menjadi faktor munculnya korupsi?

Memang jika merunut pada Anderson & Tverdova (2003), lingkungan politik adalah faktor penyebab dari adanya tindak korupsi, jika lingkungan politik cenderung mendukung dan permisif akan tindakan korupsi, maka individu akan memiliki sikap yang buruk. Namun, jika lingkungan politik menolak dan melarang tindakan korupsi, maka individu pun akan memiliki sikap yang sama. Tapi apakah bisa dikatakan sebagai faktor satu-satunya?

Adanya faktor individual juga sangat berpengaruh terhadap adanya kasus korupsi yang terjadi. Menurut penelitian Tatarko & Mironova (2016) yang dilakukan di empat negara Eropa (Rusia, Latvia, Jerman, dan Prancis) menyatakan bahwa faktor psikologis individu akan mempengaruhi sikap individu terhadap korupsi, yang meliputi pandangan politik, trait individu, dan penilaian diri. Dalam Supratman, Ediwarman, Hamdan, & Yunara (2017) menyatakan bahwa unsur individu dalam penyebab tindak kejahatan berupa keadaan sejak lahir yang mempengaruhi individu dan bakat dalam diri individu. Dalam teori GONE yang dikemukakan oleh Jack Bologna (Singleton, Singleton, Bologna, & Lindquist, 2006), greeds atau keserakahan adalah salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi karena perilaku serakah manusia.

Jika individu memang memiliki sifat yang serakah dan tidak pernah puas, korupsi akan tetap terjadi, ada kesempatan ataupun tidak. Bahkan individu akan mengusahakan adanya kesempatan sehingga ia dapat melakukan korupsi.

Lalu, apakah mungkin jika sifat serakah ini diturunkan secara genetik?

Mungkin saja. Kepribadian dan sifat manusia diturunkan secara genetik, salah satunya model kepribadian Big Five oleh McCrae & Costa (1983; 2001, dalam Feist & Feist, 2008). Model kepribadian Big Five adalah model yang menggambarkan kepribadian dengan suatu spektrum dua kutub dan mengkategorikan kepribadian manusia kedalam lima trait atau sifat, yaitu openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism. Openness to experience atau keterbukaan terhadap pengalaman membedakan orang-orang yang lebih menyukai variasi dan mereka yang tertutup dan yang mendapatkan kenyamanan dalam pergaulan dengan orang-orang yang telah dikenal. Conscientiousness atau kehati-hatian menggambarkan orang-orang yang teratur, terkendali, terorganisir, ambisius, fokus pada pencapaian, dan disiplin. Extraversion atau ekstraversi mendeskripsikan orang yang penuh kasih sayang, periang, banyak bicara, dan suka bersenang-senang. Agreeableness atau keramahan membedakan orang berhati lembut dari orang yang kejam. Neuroticism atau neurotisme cenderung menggambarkan kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan terkait stres.

Pernyataan ini didukung oleh penelitian Yamagata (2006, dalam Schultz & Schultz, 2012) pada anak kembar di Kanada, Jerman, dan Jepang. Penelitian skala besar pada lebih dari lima puluh negara oleh Heine & Buchtel (2009, dalam Schultz & Schultz, 2012) juga melihat konsistensi kemunculan kepribadian Big Five secara genetis.

Terdapat studi yang meneliti tentang hubungan trait kepribadian dengan perilaku korupsi, penelitian oleh Connelly & Ones (2008) ditemukan bahwa partisipan akan cenderung kurang korup jika memiliki skor rendah dalam neuroticism dan skor tinggi pada extraversion, dan kesejahteraan ekonomi dapat menjelaskan mengenai hubungan antara conscientiousness dan korupsi.

Jadi, apakah perilaku korupsi yang muncul karena sifat serakah dapat diturunkan dari orangtua ke anak? Mungkin saja, faktor lingkunganlah yang akan cenderung menentukan munculnya perilaku korupsi tersebut.

Daftar Pustaka

Anderson, C. J., & Tverdova, Y. V. (2003). Corruption, political toward attitudes contemporary democracies. American Journal of Political Science, 47(1), 91--109. https://doi.org/10.1111/1540-5907.00007

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun