Mohon tunggu...
Salman Rusydie Anwar
Salman Rusydie Anwar Mohon Tunggu... Supir - Penikmat Budaya

Suka ini dan itu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ghibah Sebagai Kanibalisme Verbalistik

29 September 2022   18:31 Diperbarui: 29 September 2022   18:41 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aisyah, istri Rasulullah Saw yang mulia itu terdiam. Tidak ada yang bisa ia sampaikan lagi sebagai bantahan ketika lelaki agung itu menegur saat dirinya menceritakan sisi kekurangan yang ada pada madunya sendiri, Shafiyyah. "Kau telah melontarkan sebuah kalimat yang luar biasa, yang apabila kalimatmu itu dilemparkan ke laut niscaya akan mengubah rasa air laut itu," begitulah kata-kata teguran Muhammad.

Barangkali saat itu Aisyah merasa benar ketika dia mengatakan apa yang sebenarnya pada diri Shafiyyah yang menurutnya sebagai wanita bertubuh pendek yang mungkin lebih pendek dibanding dirinya sendiri. Hanya saja Nabi mengetahui bahwa ada sisi lain di balik pembicaraan puteri Abu Bakar itu yang barangkali untuk saat ini disebut sebagai body shaming, yang kemudian dalam termenologi agama disebut ghibah.

Seluarbiasa itukah ghibah, sehingga Nabi menggambarkan bahwa seandainya ghibah itu dilempar ke tengah lautan niscaya ia dapat mengubah rasa asinnya?

Lebih dari 14 abad yang lalu, Tuhan pun telah menggambarkan sedemikian menjijikkannya ghibah. Perbuatan ini diibaratkan seperti seseorang yang tega memakan bangkai saudaranya sendiri. Ia serupa perbuatan yang mencerminkan kekanibalan makhluk yang sejatinya tidak pantas dimiliki oleh manusia. Atau mungkinkah ghibah ini merupakan bentuk kanibalisme verbalistik yang lebih buruk dari sekadar mengumpat dan sebagainya?

Entahlah. Hanya saja, ghibah ini telah diserukan berkali-kali untuk dijauhi. Tidak hanya para ulama yang menyeru agar kebiasaan buruk ghibah ini dihindari. Musisi legendaris dangdut Indonesia, Rhoma Irama, pada tahun 1970-an merilis sebuah lagu dengan judul yang sangat jelas, 'Ghibah'. Lagu itu tidak hanya hits pada masanya melainkan tetap disukai hingga saat ini, terutama oleh mereka yang menyukai lagu-lagu dangdut dengan lirik yang mendidik.

Mari kita lihat bagaimana Rhoma Irama mengemas pesan-pesan untuk tidak ghibah itu dengan lirik yang ciamik;

Mengapa kau suka membukakan aib sesama

Ke sana ke mari kau cerita keburukannya

Semut yang di seberang lautan jelas kelihatan

Tapi gajah di pelupuk mata tiada kelihatan

Oh keterlaluan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun