Mohon tunggu...
Salman AlFarizi
Salman AlFarizi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Marcomm Squad

Jika tak mampu bersaing dengan orang shalih dalam ibadahnya, maka bersainglah dengan para pendosa dalam istighfarnya. - Ibn Rajab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kirana

5 April 2021   06:58 Diperbarui: 5 April 2021   07:12 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hanya dengan melewati gelapnya malam, kita akan bertemu terangnya fajar

Bersinar dalam Gelap Seringkali awak ini mengeluh, lagi dan lagi. Entah itu gegara masalah rezeki, keluarga teman kerja, klasik. Seakan dunia ini isinya hanya derita yang tiada akhir. Sambat yang berputar disitu-situ terus. Orang bilang terperangkap dalam lingkaran setan. 

Disisi lain seringkali dan terutama bada shalat kita membaca doa sapujagat 

"Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa api neraka".\

Tapi, adakah orang yang keadaannya baik-baik terus? 

Hakikat Ujian 

Adakah manusia yang hidup tanpa masalah? Bukankah hakikat hidup itu ujian? Artinya, kita akan selalu dihadapkan dengan masalah. Apalagi bagi seorang salik fillah, ujian sudah menjadi makanan pokok. Bagi seorang pejuang di jalan Allah SWT, sambutannya bukan karpet merah, aplaus puja-puji, tapi justru cobaan yang datang bertubi-tubi. 

Lihat Nabi-nabi yang tergolong Ulul Azmi, mereka itu yang paling berat cobaannya. Nuh as diuji dengan umatnya yang bebal, berdakwah hampir seribu tahun tak jua bersambut. Ibrahim as disanksi masuk kobaran api, oleh Namrud, Raja yang musyrik. Musa menghadapi Firaun yang zhalim dan mengaku sebagai tuhan. Isa meregang tergantung di tiang salib. Adapun Nabi Muhammad dakwah globalnya justru dihadang kaum jahiliyah yang tak lain kerabatnya sendiri.

Estafet langkah-langkah besar itu pun berlanjut, Umar Mukhtar digantung penjajah Italia. Syekh Abdul Fattah harus meninggalkan kampung halaman selama 12 tahun untuk mencari Guru Mursyid. Diponegoro, kalau mau dia ya tinggal saja di kerajaan sebagai Pangeran yang dihormati. Tinggal duduk nyaman sambil menghitung-hitung hartanya. Tapi, tentu saja sejarah tidak akan mencatatnya, sebagai Pahlawan Nasional. 

Ujian lahir berupa peperangan, penyiksaan, penahanan hingga kematian. Ujian batin  menguras airmata pun harus diterima, pengasingan, teror dan intimidasi . Seringkali kita dapati orang-orang yang mengajak pada kebaikan justru ditolak, diasingkan atau penjara. Perjalanan berat karena jauhnya jarak antara realita dan cita-cita.  Pangkalnya jauh ujungnya belum tiba. 

Zona Nyaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun