Mohon tunggu...
Salman Faris Alkatiri
Salman Faris Alkatiri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

jurnalisme warga tak seribet nganunya Mario Teguh.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Satanic Finance

8 Juni 2013   17:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:20 2704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satanic Finance, mungkin ini kalimat yang baru terdengar di telinga mayoritas masyarakat Indonesia, tidak terkecuali para pelajar yang kurang asupan peringatan tentang ilmu ekonomi yang harus diperangi. Teori-teori fital yang memang wajib untuk diperangi oleh generasi muslim di akhir zaman ini. Apa itu sebenarnya SATANIC FINANCE?! Satanic Finance adalah sebuah praktek kotor para setan dalam mendominasi sistem ekonomi yang berkonsentrasi pada keuangan dunia. Praktek-praktek yang dilakukan hanya punya satu tujuan, yaitu menghancurkan perekonomian dunia, menggencarkan kemiskinan yang berakibat pada tindak kriminal dan kejahatan lainnya serta memudarkan sisi kemanusiaan dan keberadaban yang berujung pada penjerumusan manusia ke dalam neraka. Telah jelas dalam buku ini ditulis bahwa semua yang terjadi bukan merupakan kebetulan semata melainkan skenario dan kerja keras para setan yang tidak terlihat secara kasat mata namun direalisasikan dengan sukses oleh mereka. Penetrasi pada sistem ekonomi adalah satu prestasi terbesar mereka, kehancuran ekonomi itu karena sistem moneter yang dipakai dunia saat ini, setiap kemajuan kapitalis dimotori riba sebagai dasarnya. Bunga, transaksi logam emas berharga diganti secarik kertas tidak berharga hingga dilengkapi dengan persyaratan cadangan wajib (Fractional Reserve Requirement)yang berakibat pada inflasi atas sebab penggandaan uang.
Buku ini merangkum berbagai praktek kotor setan dalam lima bab yang dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami dan diceritakan seakan-akan berasal dari sisi kaum setan itu sendiri.
Bab pertama menjelaskan tentang The Three Pillars Of Evil atau Tiga Pilar Setan yang diawali dengan sebuah ilustrasi dalam kisah Sukus dan Tukus dimana ke-dua suku ini yang awalnya hidup dalam keharmonisan dengan kekayaan alam dan kebersamaannya dan pada akhirnya mulai memudar hingga hilang dan berakhir dengan kemiskinan karena  pengaruh buruk sistem ekonomi setan yang dikemas dengan cerita yang semenarik mungkin diceritakan kepada penduduk suku hingga mereka terpengaruh dengan rayuan dua utusan setan ini. Diawali dengan penukaran sistem transaksi dengan menggunakan uang kertas (fiat money) yang diciptakan tanpa didukung (backed) dengan logam mulia. Ketika penciptaan uang melebihi jumlah barang, inflasi terjadi dan harga-harga barang dan jasa terus naik hingga menimbulkan kemiskinan dimana-mana. Berlanjut pada syarat cadangan wajib (Fractional Reserve Requirement) yang mensyaratkan setiap bank di wilayah otoritasnya menyimpan sebagian kecil dana yang disetorkan deposan sebagai cadangan untuk memenuhi kondisi normal permintaan deposan yang menarik depositonya. FRR  menempatkan bank (bukan hanya bank sentral) sebagai agen yang turut menggandakan uang secara tidak langsung melalui kredit yang diberikan bank dari dana deposito deposan dan akhirnya dilengkapi dengan sistem pengkutipan bunga (interest) yang diartikan sebagai biaya servis pinjaman. Ada tiga konsekuensi utama berlakunya bunga. Pertama, bunga menuntut tercapainya pertumbuhan ekonomi terus-menerus meskipun sudah mencapai titik jenuh. Kedua, bunga mendorong persaingan antara pemain ekonomi itu sendiri. Ketiga, bunga cenderung memposisikan kesejahteraan pada segelintir minoritas dengan memajaki kaum mayoritas.
Bab kedua dengan jelas menuturkan masalah utang yang berasal dari individu maupun negara. Dalam dunia setan, utang adalah cara mudah untuk menjebak anak adam ke dalam dosa. Ujung-ujungnya mereka melepas tali silaturahmi hingga saling membunuh. Utang mayoritas dipengaruhi oleh kebutuhan konsumtif, padahal itu hanyalah kebutuhan tersier. Orang tidak bisa lagi mengontrol dan merencanakan uangnya dengan baik. Semakin parah ketika dunia mengenalkan credit card. Inilah produk unggulan yang juga berfungsi seperti fiat money karena secara jelas menambah dan menggandakan uang beredar yang berakibat pada keharusan membayar bunga dan denda atas keterlambatan. Utang mendorong manusia untuk menjual segala asetnya ketika sudah terhimpit dan tidak sanggup lagi untuk membayar. Ini juga terjadi pada sektor pemerintahan yang secara jelas kita lihat pada perekonomian Indonesia di tahun 1998 atas pinjaman dana dari IMF yang menjadikan Indonesia sebagai negara budak, dimana intinya utang berbuah pada perbudakan.
Pada bab ketiga, buku ini membahas tentang pengeksploitasian oleh mata uang Dollar. Fiat moneydijadikan alat eksploitasi yang memungkinkan penguasa untuk mendapatkan semua yang berharga tanpa modal apa-apa. Kekuasaan bisa mendiskretkan uang kertas yang seolah-oleh sebaik logam berharga atau kekayaan lain yang serupa. Dalam logika keuangan, cek sama seperti utang. Dimana si penulis cek memiliki utang kepada si penerima cek. Selama cek itu tidak benar-benar dicairkan, si penulis cek akan terbebas dari biaya tagihan cek. The fed lah pelopornya. The fed juga yang berhak menerbitkan dan mencetak Dollar. Sebuah institusi yang memiliki otoritas untuk mencetak uang, bukan milik negara malah sebaliknya, lembaga ini milik pihak swasta. Disini mereka bebas untuk mengeksploitasinya. Kesempatan memonopoli keuangan global, atas nama warga Amerika. Motto In God We Trust di lembar denominasi Dollar sejujurnya menjadi hikmah tersendiri bagi kaum setan setelah sempat tidak senang dengan motto ini. Dengan menjalankan motto ini, dollar seolah-olah menjembatani dunia para kaum beragama dalam saling tolong-menolong, berbuat kebajikan dan berbagi. Namun dalam kenyataannya, dollar malah dijadikan alat eksploitasi, memerangi yang lemah, menyuburkan kekacauan, serta mendukung peperangan. Sempat terjadi Dollar Over Hang pada tahun 1960 ketika nilai dollar yang disimpan sebagai cadangan devisa oleh negara-negara mitra AS sebagai cadangan setiap dollar yang mereka cetak. Ketika ini terjadi, De Gaulle, presiden Perancis ke 5 yang melakukan regim moneter dan mengajak negara-negara di dunia untuk kembali kepada emas dan diikuti oleh negara Spanyol. Pada Agustus 1971, berakhirlah sistem Bretton Woods, yaitu sistemyang melahirkan tiga institusi keuangan dunia yaituDana Moneter Internasional,Bank Dunia, danOrganisasi Perdagangan Dunia. Dollar diserahkan penuh kepada pasar dan tidak lagi di back-updengan emas. Inilah awal dollar tidak lagi menjadi mata uang yang netral, dimana negara AS lah yang berhak mencetak dollar dan masyarakat dunia yang menyediakan produk untuk ditukar dengan dollar.
Sedangkan bab ke empat memaparkan tentang The Heaven’s Currency yaitu Dinar dan Dirham. Dalam buku muqaddimah, Ibn Khaldun menulis, Tuhan menciptakan dua logam mulia untuk menjadi alat pengukur nilai/harga. Sebagai alat ukur, logam mulia bisa dibilang sebagai mata uang surga(Heaven’s currency) karena fungsinya dalam menjaga keadilan yang menjadi salah satu ciri utama penghuni surga. Dinar dan Dirham dibuat dari bahan yang berharga, yaitu emas dan perak yang layak dijadikan mata uang universal. Di mata setan, penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang akan merusak Three Pillars of Evil. Uang kertas semula adalah surat utang yang akan dibayar oleh penerbitnya yaitu pemerintah. Namun, ketika pemerintah mendeklarasikan bahwa uang itu tidak bisa lagi ditukar dengan logam, otomatis kontrak untuk membayar uang tidak terlaksana. Dalam Islam, utang tidak bisa dijadikan sebagai alat tukar. Penggunaan utang sangat terbatas pada kontrak yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Kembali lagi kepada logam. Apakah adil, Sumber Daya Alam diambil dan ditukar hanya dengan kertas yang sangat tidak bernilai? Tentu tidak. Selama ekonomi masih difasilitasi dengan fiat money, keadilan tidak akan pernah tegak.
Bab ke lima memberi energi positif untuk sebuah peran yang disebut dengan El Libertador. El libertador adalah sebuah sebutan yang dicetuskan oleh Simon Bilovar sebagai sebuah perlawanan dan pembebasan.
Di sini diaplikasikan dengan sebuah pengertian yakni El Libertador adalah sebuah perlawanan dengan menyuarakan perlunya sistem baru yaitu duplikasi terhadap sistem perbankan Islam yang bertujuan untuk merobohkan sistem bunga (Interest) yang merupakan salah satu dari tiga pilar setan. Rupanya setan tak habis ide untuk menghancurkannya. Akhirnya mereka mempengaruhi para pemimpin untuk merubah kata Islam menjadi Syariah dalam dunia perbankan. Sedangkan, Islam sebagai ideologi mencakup empat elemen yaitu Aqidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak. Dengan diganti menjadi ‘Bank Syariah’, pesan ini telah dipangkas. Syariah juga bisa diartikan sebagai syariah menurut agama lain. Dari sini dibuatlah berbagai spekulasi bahwa bunga tidak riba karena bukan merupakan penggandaan hingga godaan kepada bank syariah besar untuk memisahkan diri dari bank syariah yang mulai berkembang. Inilah usaha para setan, tinggal bagaimana kita menyikapi hal ini dengan ilmu, iman dan akhlakul karimah. Siapkan diri kita untuk menjadi el libertador. Tidak sedikit ujian dan cobaan ketika kita berjuang, namun dengan semangat dan keikhlasan untuk mempertahankan kebenaran, insyaAllah semuanya akan berbuah manis.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun