Mohon tunggu...
Salma
Salma Mohon Tunggu... Guru - Guru Bimbingan Konseling - Kepala SMP Darussalam Kandanghaur

dunia pendidikan adalah bidang yang saya geluti, saya senang menambah ilmu dan berbagi ilmu. Setiap hari saya usahakan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Selain itu saya senang terhadap fotografi, film aksi dan drama, juga musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dimensi Perenialisme dalam Pendidikan

3 Oktober 2022   23:28 Diperbarui: 3 Oktober 2022   23:30 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

DIMENSI PERENIALISME  DALAM PENDIDIKAN

Oleh: Salma 

Guru SMP Darussalam Kandanghaur Kab. Indramayu

 

          Teori pendidikan kalangan perenialis muncul sebagai sebuah pemikiran formal atau resmi pada dekade 1930-an sebagai bentuk reaksi bagi kalangan progresif, yang mana runyamnya bangunan intelektual kehidupan bangsa Amerika dirasakan oleh kalangan perenialis karena penekanan mereka di sekolah-sekolah terhadap keterpusatan subjek didik, paham kekinian, dan penyesuaian hidup.Ssebuah penolakan besar-besaran terhadap cara pandang progresif, secara umum ditampilkan oleh Perenialisme Modern. Bagi kalangan perenialis, permanensi (keajegan), meskipun pergolakan-pergolakan politik dan sosial yang sangat menonjol, adalah lebih riil (nyata) daripada konsep perubahan kalangan pragmatis.  Dengan demikian gerakan kembali pada hal-hal absolut dipelopori oleh kalangan mempelopori dan difokuskan pada ide/gagasan yang luhur menyejarah dari budaya manusia. Ide/gagasan semacam ini telah dibuktikan pada keabsahan dan kegunaannya karena bisa bertahan dari ujian waktu. Arti penting akal budi, nalar, dan karya-karya besar pemikir masa lalu ditekankan oleh Perenialisme. Perenialisme adalah pendidikan klasik dan tradisional dalam suatu bentuk yang diperbaharui yang lebih spesifik dalam teknik-teknik teoritisnya, karena kemunculannya dilatari oleh "musuh" yang nyata dan berpengaruh dalam progresivisme kependidikan.

          Konsep pendidikan liberal adalah Kunci memahami protes kalangan perenialis dalam pendidikan. Pendidikan liberal atau pendidikan yang bebas - dalam tradisi klasik berkisar di seputar pembahasan-pembahasan yang menjadikan subjek didik (orang-orang) bebas dan manusia sejati sebagai lawan dari pelatihan yang mana mereka menerima saja untuk melakukan tugas-tugas spesifik dalam dunia kerja. Pada dunia Yunani, manusia dibagi menjadi dua macam, pertama; mereka yang melakukan tugas kerja, dan kedua; mereka yang melakukan tugas berpikir. Macam yang pertama, yakni mereka yang melakukan tugas kerja mempercayai bahwa pada dasarnya mereka menjalankan fungsi 'kebinatangan' karena mereka mengandalkan kekuatan otot. Dan macam yang kedua, yakni mereka yang melakukan tugas berpikir mempercayai bahwa mereka menggunakan kemampuan rasionalitas istimewa manusia. Orang-orang dalam kelompok terakhir ini adalah manusia bebas yang menjalankan "pemerintahan" yakni fungsi memerintah dan mengatur. Sebab mereka bebas itulah, pendidikan sangat dibutuhkan oleh mereka yang selanjutnya kemampuan rasional kemanusiaannya akan dikembangkan melalui pendidikan. Jadi, aspek mental dan rasional manusia lebih difokuskan melalui pendidikan dan cenderung ide/gagasan yang berpengaruh dari budaya Barat lebih diperhatikan dan dipikirkan. Selain itu, tugas pendidikan tidak melirik kepada persoalan pelatihan kerja, dan bahkan hampir sepenuhnya bisa dikuasai melalui magang daripada melalui dunia sekolah atau pendidikan formal. Sementara pendidikan formal melalui dunia sekolah tidak terlalu diperhatikan untuk mengembangkan manusia yang bebas dalam berpikir.

          Tradisi seni-seni liberal dalam pendidikan mencangkup dari Greek (Yunani) hingga Roma, dari Roma hingga Eropa Kristen. Hingga akhir abad XIX dan awl abad XX, hal itu tampil sebagai arus utama pendidikan di Eropa dan Amerika Serikat. Bangkitnya industrialisme sungguh telah membawa banyak persoalan dan perubahan bagi dunia pendidikan. Teknologi mesin telah membebaskan banyak orang dari beban kerja perbudakan dan kerja kasar serta menyediakan sebuah kemungkinan dari landasan kesejahteraan karena mengambil bagian dalam "hak istimewa" pendidikan yang awalnya Cuma terbatas untuk kalangan penguasa. Namun demikian, pendidikan tradisional tidak menbisakan daya tarik dan kelihatannya juga tidak terlalu memiliki makna bagi orang-orang yang berasal dari latar belakang kalangan pekerja atau kalangan bawah. Dan kalangan progresif bangkit berjuang untuk mewujudkan pendidikan yang lebih memiliki makna bagi kelompok sosial baru dalam dunia pendidikan. Pada tahun 1930-an kalangan tradisionalis telah siap untuk menghadapi hal-hal yang mereka anggap sebagai ancaman anti intelektualisme di sekolah di Amerika. Dan dasar pemikiran mereka adalah bahwa mesin-mesin itu bisa melakukan aktivitas bagi setiap manusia modern, sebagaimana aktivitas yang telah dilakukan oleh kalangan budak untuk sekelompok kelas berjaya bangsa Athena. Dengan demikian, di alam demokrasi, semua orang bisa bebas dan menjadi penguasa, dan semua orang membutuhkan pendidikan liberal agar mereka bisa berpikir dan berkomunikasi untuk menyampaikan pemikiran daripada sekedar dilatih seperti layaknya "makhluk" yang hanya untuk bekerja.

          Dua juru bicara yang paling berpengaruh dari kalangan perenialis adalah Robert Maynard Hutchins dan Mortimer Adler yang menggerakkan kampanye mereka dari Universitas Chicago, dimana Hutchins menjabat rektorpada tahun 1929 di usia tiga puluh tahun. Keduanya adalah dosen aktif dan penulis produktif yang berjuang keras membangun opini publik agar sejalan dengan perenialisme selama lebih dari empat puluh tahun. Hutchins dan Adler telah memberikan kontribusi besar bagi kalangan perenialis ketika mereka bekerja menyunting kumpulan karangan masif yang berjudul Great Books of the Western World. Kumpulan karangan ini berisi sekitar seratus tulisan tentang Barat tentang ide atau pemikiran terbaik. Pemikiran pendidikan kalangan perenialis secara murni diterapkan di Perguruan Tinggi St. John di Annapolis, Maryland, dimana Presiden Stringfellow Barr membuat tinjauan dan kajian tentang karya besar tersebut sebagai referensi tingkat sarjana.

          Secara filosofis, ditemukanlah akar pemikirannya dalam neoskolastisisme oleh perenialisme, dan karena itulah perenialisme sangat bertumpu pada pemikiran Aristoteles. Perenialisme dalam pendidikan Amerika pada umumnya berkaitan dengan pendidikan sekuler, meskipun neoskolastisisme berpijak pada tulisan-tulisan Thomas Aquinas dan juga Aristoteles. Teori pendidikan Roma Katolik mempunyai pertalian dengan arus utama perenialisme sekuler, akan tetapi ia lebih menekankan pada pemikiran Thomistik, teologis, dan spiritual. Tulisan-tulisan pendidikan Jacques Maritain merupakan representasi dari aliran gerejawi perenialisme.

          Perenialisme membuat sebagian besar rekomendasi-rekomendasi pemikirannya terkait dengan sekolah lanjutan, terutama perguruan tinggi. Peran pendidikan dasar dilihat sebagai peran membekali subjek didik sehingga ia nantinya bisa mengkaji dan memahami tradisi liberal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun