Mohon tunggu...
Salma Salsabila Hadi
Salma Salsabila Hadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Saya adalah seorang mahasiswa psikologi. Saya berminat pada topik seputar kesehatan mental dan kesetaraan gender.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ruang Aman Gadungan

20 Juni 2022   20:45 Diperbarui: 20 Juni 2022   20:54 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dhiandharti.com 

Dewasa ini, kita mungkin disadarkan akan darurat kekerasan terhadap perempuan. Banyak kampanye, demonstrasi, dan kegiatan aspiratif lainnya yang kian hari kian digaungkan. Kasus-kasus yang berkaitan dengan hal tersebut juga semakin meningkat, seperti kasus kekerasan atau pelecehan seksual. 

Bersumber dari magdalene.id, kasus kekerasan seksual mengalami peningkatan sebesar 81 persen, hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2020 (07/03). 

Komnas Perempuan menyebutkan tiga jenis kekerasan terhadap perempuan yang paling masif, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kekerasan seksual. 

Tindakan diskriminatif juga mendukung pesatnya kasus kekerasan terhadap perempuan. Seksisme, prasangka dan diskriminasi berdasarkan gender, juga turut melanggengkan kasus-kasus demikian. Mayoritas korban seksisme adalah perempuan. 

Bahkan, perempuan dalam beberapa kasus tidak menyadari bahwa dirinya adalah korban dari seksisme. Contoh kasus dari melanggengnya budaya keji ini adalah perkara janda duda. Seorang perempuan yang telah bercerai banyak mengalami stigmatisasi dan menjadi korban lelucon seksisme. 

Sedangkan di sisi lain, seorang duda dalam banyak kasus justru diglorifikasi. Kasus lain misalnya adalah tentang kebiasaan tidak beradab yang membahas keperawanan perempuan. Apalagi dikemas dengan bahasa yang kejam yang mengarah pada objektifikasi, seperti segel, unboxing, dan lain-lain. 

Dari sini mungkin akan terasa sulitnya menjadi perempuan dalam konstruksi sosial yang konvensional. Satu lagi hal yang "melelahkan" adalah krisis ruang aman. 

Para perempuan mungkin banyak yang bertanya "Dimana saya akan merasa aman?" Sayangnya penulis juga masih skeptis hingga tulisan ini ditayangkan. 

Kasus pelecehan, kekerasan, diskriminasi, objektifikasi, dan lainnya, terjadi di banyak ruang dan dimensi. Apa yang menurut sebagian besar orang adalah ruang aman, ternyata tidak dapat digeneralisasi. Keluarga. Banyak kasus pemerkosaan anak oleh ayah kandung. 

Bayangkan! Ayah kandung! Seperti kasus beberapa waktu lalu yang terjadi di Semarang, seorang ayah kandung memperkosa putrinya hingga meninggal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun