Mohon tunggu...
Abdul
Abdul Mohon Tunggu... Editor - admin

Penulis muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fathurohman Wahid: Politik Bagaikan Pisau

8 Februari 2021   20:09 Diperbarui: 8 Februari 2021   20:27 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda yang aktif dalam organisasi, baik pelajar, kemahasiswaan, bahkan kepemudaan itu, iya sebut saja Fathurohman Wahid. Pria kelahiran 1999 itu, biasa disapa Sahabat F oleh temannya, yang artinya Sahabat Fathur.

Pada organisasi pelajar, Ia aktif di organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Wadaslintang, organisasi kemahasiswaan Ia merupakan kader organisasi Peregerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kebumen, sementara di organisasi kepemudaan Ia aktif di organisasi Karang Taruna Desa Kaligowong.

Pada prinsipnya, Ia menjadikan orgnaisasi sebagai wadah untuk berproses dan menempa diri. Keikutsertaannya didalam Organisasi, tak heran jika Ia memiliki banyak teman.

Sekarang ini, Ia sedang menempuh pendidikan S1 dan mengambil Fakultas Tarbiyah di salah satu kampus tertua di Kabupaten Kebumen.

Kendati demikian, salah satu yang Ia gemari, adalah pembajasan tentang politik. Kecintaannya dengan politik bermula ketika Ia sering menonton berita si televisi dengan sang ayah.

Bahkan Ia sudah membicarakan kepada sang ayah tentang keinginanya untuk terjun ke dunia politik, dan sang ayah pun mendukungnya.

Motivasi Ia ingin terjun ke dunia politik, karena Ia sayang kepada masyarakat, khususnya kalangan menengah kebawah.

Bagi Ia, politik bagaikan pisau. Pisau bermanfaat jika digunakan ibu-ibu untuk memasak di dapur, akan tetapi bisa juga until melakukan kejahatan, semisal untuk membunuh seseorang.

Sementara partai politik, menurutnya adalah kendaraan, sebaik apa pun kendaraannya jika pengemudinnya ugal-ugalan tentu kendaraannya akan cepat masuk ke bangkel. Maka dari itu, menurutnya yang lebih penting dari kendaraan adalah pengemudinnya. 

Masyarakat, menurutnya sangat berharap dapat memiliki wakil, dan pemimpin yang memiliki empati kepadannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun