Mohon tunggu...
Salahuddin NNK
Salahuddin NNK Mohon Tunggu... Lainnya - ASN

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanti Peran KAHMI dalam Mendewasakan Politik Indonesia

28 November 2022   16:29 Diperbarui: 29 November 2022   10:45 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Munas KAHMI di palu disamping mengagendakan untuk memilih pengurus KAHMI yang baru tapi juga kita harapkan untuk mendorong pendewasaan politik diIndonesia yang akhir-akhir ini dirasakan kurang Dewasa. Panggung politik Indonesia sudah lama di Narasikan sebagai Panggung politik yang kekanak-kanakan. Gus Dur disebuah kesempatan pernah menggambarkan DPR (sebagai salah satu pilar institusi politik) seperti taman kanak-kanak. Panggung politik yang kekanak-kanakan itu bisa dilihat antara lain pada dikedepankannya Sentimen dalam menyikapi sesuatu di banding kekuatan Argumen. Sebagaimana anak-anak yang sangat posesif dan Baperan karakter itu juga melekat pada sebagian oknum politisi di ranah air. Saya dulu pernah menulis "Politik ala kanjeng mami" disana saya gambarkan bahwa karakter berpolitik kita terlalu feminim. Kita terlalu cengeng, manja dan Baperan. Kita Tidak pernah mengisi politik space kita dengan dialog yang intelektual tapi sebaliknya kita malah mengisi ruang interaksi politik itu dengan interaksi ala sinetron dan Drakor yang hanya memberikan atensi penuh terhadap gejolak perasaan dan emosi. Dalam suasana interaksi seperti ini , perbedaan pandangan yang sedikit saja bisa menjadi sesuatu yang besar bahkan melibatkan wilayah pribadi walaupun masalah sebenarnya berada di wilayah public. Makanya jangan heran kalau ada politisi yang untuk berjabat tangan saja susah dilakukan kepada orang yang di asosiakan sebagai lawan politik. Atau ada politisi yang menghindari menghadiri sebuah acara gara-gara disana ada orang yang dianggap saingan dalam pertarungan politik. Hal-hal seperti ini menurut saya adalah gambaran feminim dalam dunia politik. 

Yang parahnya adalah karakteristik feminim seperti itu kita tularkan kepada Rakyat dalam pendidikan politik . Pendidikan politik kita kepada rakyat terutama dalam konteks memilih pemimpin diarahkan kepada konstruksi feminim yang mengedepankan perasaan dari pada kriteria-kriteria rasional. Dalam konteks politik feminism seperti ini, jualan yang laku adalah citra. Masyarakat misalnya akan lebih memilih pemimpin yang penampilannya memperlihatkan citra dan gestur sederhana, merakyat, masuk ketempat2 yang biasanya menjadi tempat kubangan rakyat jelata sekedar sebagai isyarat empati terhadap penderitaan rakyat dan yang lebih konyol adalah seleksi calon pemimpin tersebut disertai dengan menambahkan bumbu-bumbu mistik. mistifikasi terhadap pemimpin inilah yang pada gilirannya nanti membentuk (Meminjam istilah Ichsanuddin Noorsy) masyarakat Pagan (Pemuja berhala pemimpin). Masyarakat pagan ini tidak akan percaya padahal hal-hal yang berbau rasionalitas untuk mengukur dan menetapkan kriteria seorang pemimpin, tapi yang diharapkan adalah sebuah keajaiban. Walaupun seribu kegagalan (catatan rekam jejak) yang dilakukan oleh pemimpin tersebut, akan tetapi bagi masyarakat pagan seperti ini tetap yakin akan adanya keajaiban. mereka mungkin tersandera hikayat masa lalu yang mengisi imajinasi mereka tentang munculnya kesaktian Ala Prabu Bandung Bondowoso yang bisa membuat 1000 Candi dalam satu malam pada Hikayat dan legenda Candi Roro Jonggrang. Padahal imajinasi khayali seperti itu sama sekali tidak akan membantu bangsa ini keluar dari masalahnya. 

Oleh karena itu, kita harapkan MUNAS KAHMI kali ini menghasilkan nilai-nilai untuk pendewasaan politik di Negeri ini. Karena KAHMI dan HMI sejatinya lahir dari embrio intelektualitas dan kecendekiawanan. Kader tidak pernah diajarkan berpikir mistifikasi dan kultus terhadap seseorang apalagi itu pemimpin. Mereka selalu diajarkan untuk mengedepankan dan bersandar pada ukuran logika. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Anies Baswedan pada Pidato beliau di Munas KAHMI. Kepemimpinan itu harus di dasarkan pada kecendekiawanan. Karena kecendekiawanan itulah nanti yang akan menghasilkan ide dan gagasan untuk bangsa. Politik yang hanya mengandalkan citra akan mereproduksi nilai-nilai yang irrasional dan karakter baperan. Sejarah politik dari orang-orang yang bernaung dibawah KAHMI telah membuktikan hal itu dimana para poltisi KAHMI cenderung lebih mengedepankan Argumen daripada sentiment dalam petualangan poltiknya. Orang-orang seperti Jusuf Kalla dan Akbar Tanjung adalah contoh nyata dari hal tersebut. Akbar Tanjung misalnya walaupun Partai yang dipimpinnya dirongrong dan dihujat dari berbagai arah Pasca lengsernya Orde Baru tapi beliau tidak pernah bergeming dan membuatnya sakit hati dan menjaga jarak kepada lawan-lawan politik. Tapi dengan keteguhannya ia bisa membawa Partai yang dipimpinya keluar dari badai bahkan tetap menjaga ritme Golkar sebagai partai politik besar Ketika itu sembari tetap menjaga silaturahmi dengan lawan-lawan politiknya. Demikian pula dengan JK. Walaupun beliau pernah pisah ranjang dengan SBY dalam pertarungan pilpres, tapi itu tak membuatnya memutuskan silaturahmi dengan Pak SBY. Bahkan beliau tetap memberikan sumbangsih bagi negara walaupun beliau bukan didalam pemerintahan. Itulah sekelumit kisah dari politisi KAHMI yang pernah mengecap pertarungan politik .mereka rata-rata lebih mengdepankan nilai-nilai maskulin yang rasional dalam politik daripada nilai-nilai feminism yang emosional, makanya dalam permainan politik yang diperankan oleh orang-orang KAHMI tidak akan ada praktek politik belah bambu yang suka menghabisi lawan politik melalui tangan negara. Semoga identitas politik seperti itu bisa ditularkan oleh KAHMI melalui Munasnya kali ini dalam rangka menghadapi Pemilu dan Pilpres 2024.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun