Mohon tunggu...
Salim Rahmatullah
Salim Rahmatullah Mohon Tunggu... Freelancer - Scholarship Hunter

Scholarship Hunter I Soc-Environment Campaigner I HIMMAH NW I Blogger I Traveller and so on.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Para Abdi Ramadhan Masjid Assegaf Solo, Mengilhamiku

29 Mei 2018   23:15 Diperbarui: 30 Mei 2018   00:00 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana buka dan santap bersama di Masjid Assegaf, Solo

Firman Allah swt yang pertama kali turun kepada nabi Muhammad saw berkaitan dengan ajakan untuk Iqra, membaca. Penafsiran umum terhadap perintah iqra adalah membaca al- Qur'an, membaca berbagai disiplin ilmu. Selain penafsiran umum tersebut, ada juga penafsiran lain, yang menyatakan membaca yang diperintahkan tidak hanya membaca buku, catatan, kitab, tetapi juga membaca segala yang terhampar terpajang di muka bumi. Ini sejalan dengan ayat al- Qur'an yang menyebut tanda- tanda kebesaran Tuhan terpajang di Alam semesta. Jadi, umat manusia selain diperintah untuk membaca berbagai hal yang tertuang dalam buku, diperintahkan juga untuk membaca lebih luas, tidak terkait kata, tetapi makna yang terkandung dalam tata sistem semesta, dan dari kehidupan yang mereka jalani.

Pengamalan pembacaan tata sistem semesta dan interaksi kehidupan itu pula yang coba penulis bangun setiap harinya. Terutama, ketika penulis sedang dalam perjalanan, saat ini. Ditemani tas ransel dan reusable bag, penulis nekat menjalani dunia pelancongan di bulan puasa, dari Jakarta menuju Yogya, Solo, Lamongan, Surabaya, lalu berakhir di Lombok nanti. Terasa cukup menantang, karena pelancongan yang dekat juga dengan wisata kuliner,  harus penulis jalani dalam keadaan puasa. Hmm...jika dianalogikan dengan rindu, menahan gairah berwisata kuliner di bulan puasa dengan merindu, sama- sama berat.

Baru beberapa jam lalu, menaiki Kereta Pramex, aku melanjutkan pelancongan dari Yogya menuju Solo, kota bapak Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia yang ketujuh. Sesampai di stasiun Purwosari, aku yang dijemput sepupu menyegarakan laju motor menuju sebuah masjid di kota Solo, Masjid Assegaf, untuk berbuka puasa. Tepat, tiga menit sebelum azan magrib berkumandang, aku sampai di Masjid Assegaf. Jamaah padat, para abdi ramadhan---orang-orang yang bertugas membagikan takjil dan makanan---tampak sibuk membagikan takjil kepada jamaah yang terus berdatangan, mereka seperti tidak bisa berbuka dengan lega, jika jamaah belum kebagian semuanya.

Takjl yang diberikan Alhamdulillah sederhana, tetapi berciri khas, tiga butir kurma ditambah air, dan kopi jahenya yang khas, menjadi nilai tersendiri dari takjil yang disediakan di Masjid Assegaf. Hanya dalam hitungan menit, para jamaah telah menghabiskan takjil, lalu beranjak mengambil shaf guna menunaikan shalat magrib secara berjamaah.

Penulis terus membaca, membaca interaksi kehidupan yang terpajang di hadapan penulis. Usai shalat magrib, rombongan para abdi ramadhan sibuk menggotong tempat nasi dan air, membagikan para jamaah yang tengah duduk dalam barisan shaf rapi mereka. Hilir-mudik terus berjalan, usai nasi, karpet putih untuk makan jamaah digelar, selanjutnya minuman es sirup diberikan satu per satu kepada jamaah yang berjumlah ratusan, masjid itu bagi penulis benar- benar padat.

Penulis terus membaca, membaca interaksi kehidupan yang ada di hadapan penulis. Prilaku para abdi ramadhan tampaknya telah membuatku berfikir panjang. Rasa- rasanya, mereka menginspirasiku, mereka mengilhamiku. Bayangkan, di tengah gejolak ingin juga menikmati santapan berbuka, mereka malah sibuk membagikannya kepada para jamaah. Jika tidak usai, mereka belum bisa menyantap santapan mereka. Di tengah suapan demi suapan, mereka datang memberikan minuman, mereka selalu dikalahkan oleh para jamaah, dalam hal memulai makan.

Namun, prilaku mereka ini menginpirasi, mengilhami; hanya membagikan santapan berbuka, tidak berat, ini hal kecil, namun merekalah orang- orang yang memanfaatkan keberkahan dari bulan ramadhan meski dengan hal kecil. Pada akhirnya, penulis akhiri tulisan ini dengan nasihat indah untuk kita semua, yang diinspirasi atau terilhami dari para abdi ramadhan Masjid Assegaf dan mungkin saja para abdi ramadhan di masjid- masjid yang lain juga berbuat demikian, bahwa "berbuat baiklah di bulan berkah meski dengan hal- hal kecil dan sepele,"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun