Mohon tunggu...
Said Kelana Asnawi
Said Kelana Asnawi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Dosen-Penyair, menulis dalam bidang manajemen keuangan/investasi-puisi; Penikmat Kopi dan Pisang Goreng; Fans MU

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Memberi Nilai Lebih

19 Agustus 2021   22:03 Diperbarui: 19 Agustus 2021   22:23 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ayo memberi nilai lebih

Konon, setiap manusia punya potensi, dan itu dapat menjadi nilai lebih.  Seorang berjiwa entrepreteneur, pada prinsipnya berusaha memberi bonus di setiap hasil/karyanya.  Kira-kira seperti apa?.  Ikuti contoh perkuliahan seperti ini

Pertama, mencoba disiplin.  Misal, kuliah jam 07.00 berarti jam 07.00.  Memang tidak harus selalu begitu, tetapi akan lebih baik.  Hormati diri sendiri, dan aturan yang ada.  Secara 'inner' ditumbuhkan dari dalam: malu telat, malu orang menunggu saya, mungkin lebih baik sebaliknya, saya yang menunggu. Kedua, setelah itu jangan 'memainkan waktu'.  (dosen) menunggu yang telat datang, itu belajar menyerahkan keputusan kepada yang tidak ahli/buruk/jahat/bodoh dsb.  Sudah ada yang tekun, hormati dia.   Ketiga, mencuri (dosen-mahasiswa), sekedar setor muka, lalu melakukan aktivitas lainnya, karena belum siap untuk melakukan proses belajar-mengajar.  Keempat, berusaha melakukan proses belajar mengajar sebaik mungkin.

Keempat hal ini harus menjadi 'inner' kebiasaan, keluar dari dalam diri.  Hal tersebut bisa menjadi modal positip untuk bersaing di bidang masing-masing.  Untuk 'bosque', pengusaha muda, anda nanti terbiasa, 'dapat memenuhi janji/kreteria/target/'.  Anda juga akan berusaha menjadi pengusaha yang fair, sehingga ada nilai tambah yang diberikan.  Bagaimana jika ada yang tidak fair, dan anda kalah karena hal itu?.  Nah, fairness ini yang harus ditumbuhkan untuk kita semua.   Tapi, tak perlu megumpulkan kekhawatiran, karena yang mengenal anda akan terkesan, dan besok akan 'ketagihan'.   

 Sering juga disebutkan, bisnis pada dasarnya kreatifitas.  Jika seperti empat hal diatas, tampak kaku, dimanakah tempat kreativitas itu?.  Prinsipnya sebagai berikut: jika anda tahu yang standar (kaku), maka anda tahu yang tidak standar.  Justru empat hal diatas, melatih bosque untuk operasional sehari-hari sekaligus mempertajam hal yang tidak standar.  Anda menjadi ahli, dan serahkan pada ahlinya!.  Oh ya, setiap dosen biasanya mengajar mata kuliah tertentu, itu mengajarkan anda juga, anda tidak harus berbisnis pada semua hal. 

Dalam berbisnis, bosque harus tahu hal apa yang harus dilakukan, lalu apa yang akan membedakan dan jangan lupa nilai tambah apa yang diberikan.  Misal, saat pandemik ini, banyak sekali pedagang makanan yang tidak memakai masker, padahal hal itu menjadi standar/aturan.  Bosque yang belajar tekun diatas, seharusnya bisa mengambil peluang, dengan memberi nilai tambah, bukan hanya sekedar memakai masker, tetapi lebih dari itu, ikut mengkampanyekan, sehingga stakeholder tahu bosque memiliki kelebihan/kepedulian/branding.  Hal yang tidak susah dilakukan, namun mengena di hati stakeholder.  Mengapa para pedagang tersebut abai?, padahal hal tersebut tidak merugikan dirinya?

Nilai tambah dapat diberikan pada produk.  Belajarlah datang kuliah 5 menit sebelum dimulai.  Bosque dapat mengamati situasinya.  Dosen yang baik pun, akan datang berkisaran tepat waktu.  Hikmahnya nanti, bosque punya 'nafas melihat faktor lingkungan/eksternal (pastel)  jadi dapat menyesuaikan diri.  Bosque dapat membuat produk dengan persiapan yang lebih banyak/baik, biasanya hasilnya akan sempurna. 

Bagaimana jika keempat hal diatas dilakukan, hasilnya masih buruk?.   Hal itu jarang terjadi.  Percayalah, dalam hukum alamnya: sesuatu yang bagus berasal dari yang bagus, bukan tiba-tba.  Memang ada saja pengecualian, termasuk juga tidak 'berbakat'.  Namun, on-general, kita akan sampai pada langkah yang kita jalankan!.  Apakah kegagalan ini, jika memang ada, harus disesalkan?.  Jawabannya juga tidak.  Tidak ada yang perlu disesali, jika sudah melakukan yang terbaik.  Penyesalan itu hanya boleh dirasakan justru karena tidak melakukan yang terbaik.  Dalam artian luas, hal ini nanti menjadi bukti/terjadi, pada banyak orang hebat.

Memberi nilai lebih dari setiap produk diberikan adalah sebagai kepuasan.  Hal ini harus menjadi prinsip dalam bertransaksi.  Upayakan selalu, kesan yang diingat adalah hal positip.  Tentu hal ini tidak harus menjadi 'berpura-pura' tetapi diharapkan tumbuh dari dalam diri.  Mengucapkan terima kasih, bersikap santun, melayani dan mendengarkan, adalah ciri dari semangat wirausaha.  Saya hanya pekerja?.  Ooo tidak....., anda adalah pekerja yang berjiwa wirausaha.  Dan ingat juga, untuk birokrat pun akan demikian.  Jika tidak berjiwa wirusaha, maka di era ini birokrat akan mendapat 'serbuan netizen' memenuhi dunia maya, pada akhirnya akan sangat merugikan dirinya.

Di era ke depan, era teknologi informasi dan Artificial Intelegent, maka layanan yang baik adalah kunci sukses.   Saya adalah solusi, bukan problema.  Mungkin dapat dimulai: apa yang dapat saya bantu?.  Oh yaaa, jangan lupa: ayoo, seruput kopinya!. [telah diterbitkan pada https://www.jejakonline.com/]                

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun