Mohon tunggu...
Said Kelana Asnawi
Said Kelana Asnawi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Dosen-Penyair, menulis dalam bidang manajemen keuangan/investasi-puisi; Penikmat Kopi dan Pisang Goreng; Fans MU

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hitam Keputih-putihan

18 Juni 2019   20:15 Diperbarui: 6 Januari 2020   15:31 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
putih kehitaman| Dokumentasi pribadi

Di sebuah desa yang memiliki situasi sulit air, seorang lelaki tua, terbiasa menyediakan sebuah kendi. Ia letakkan di tepi jalan, depan rumahnya, untuk musafir melepas dahaga seperlunya. Air tersebut ia peroleh, hanya dengan membuka keran air di belakang rumahnya [terdapat penampungan air]. Pada pagi hari ini, penampungan air tersebut penuh, penduduk memanfaatkannya untuk berbagai keperluan. Dan lelaki tua ini, dimana penduduk memakluminya, mengambil jatah dengan caranya.
Ketika ia tak mampu lagi untuk melakukan hal sederhana tersebut, ia berpesan pada puteranya untuk melanjutkan kebiasaan ini. bangunlah pagi, bukalah keran air itu, begitu pintanya. Namun, setelah lelaki tua itu tiada, maka kendi air itupun menjadi cerita. Sebabnya sederhana: puteranya tak mampu untuk membuka keran itu!

4.Terima Kasih

Disampaikannya salam hormat dirinya. Setelah itu ia berkata, ia mungkin memerlukan kebaikan temannya, namun tiada ia sebutkan apakah itu. Tiada respon sedikitpun. Sebenarnya ia kecewa, tetapi ia memilih memaklumi. Namun, tiba-tiba saja, saatnya tiba, yang ia butuhkan itu, ada, tepat seperti keinginannya. Dan rasa bahagia memenuhi hatinya, dan dengan lirih ia menyebut: aku tak harus berterima kasih padamu, namun berterima kasihlah pada Tuhanku
: seperti udara mengalir dan dihirup

3. doa
Ia lalu mengundurkan diri dari keanggotaan grup wa. Digunakannnya waktu yang tersedia untuk mendekat padaNya. Dengan khusuk disebutkannya: aku tak pernah kecewa dalam do'a; demiakian pula saat ini. dan keinginannya terpenuhi, walaupun tiada sempurna!

2. Pohon tua
Ketika muda, acapkali ia menaiki pohon tua itu sambil memetik buahnya. Lalu ranting-ranting dikumpulkannya dan terakhir ditebangnya pohon itu karena tua dan kayunya menjadi tiang rumah dimana ia meneduhkan diri. Pohon itu kini tinggal pangkalnya saja, dimana ia saat ini menekuri
Damailah ayah dan ibu....... Damailah selalu Pohon tua!

1. Kaca mata
belikan mamah kacamata!. Yaa nanti; jika mama telah sembuh; begitu ia menjawab sambil membelai mamahnya yang terbaring lemah. Namun, mamanya tak pernah sembuh
: ia mengusap kacamata itu, memakainya!. Kacamata untuk mamah

sumber: kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun