ustad yang sekali saya hadir di pengajiannya, senang mendengar tausiahnya. Rindu; akan persatuan ummat setelah pilpres, bahwa sudah selesai, namun di bawah masih gontokan, begitu katanya. Saya lalu lihat ig-nya, masih terdapat pernyataan yang nadanya ‘mengolok’ pihak yang sana. Terlepas benar dan salah dalam berpihak; saya kecewa akan rindunya.
9 membaca status fb
anak lelaki kecil (berkisar 8 tahun) sekitar 30 tahun lalu; bercerita tentang ‘hebatnya’ ayahnya. Saya menyimpulkan: dulu ayahnya seusia dirinya. Dan dia paham sekarang. Kadangkala, kebenaran itu datang lama sekali, namun mestilah datang.
8. menua bersama
karena selalu bersama, maka tidak terasa. Tahu-tahu tua bersama. Lama tidak bersua, tiba tiba kaget; sudah tua bersama. Ada yang bersama masih merasa muda (mengingat kembali kemudaaannya), merindukannya; ada yang lupa dan melupakannya, mengingat waktu telah memisahkan jauh. Itulah keniscayaan.
7. the power of doa
“:Dari sanubari, saya menginginkan bapak. Nama bapak, saya sebutkan dalam doa (saya)”. Dan pada akhirnya, memang Tuhan mendengarkan doanya. Bapak itulah yang mendapatkannya. [the power of doa]
6. Rejeki
Dia menikmati kue lezat itu dengan sigap. , Remah-remah yang terserak, dilahapnya tandas. lalu ditinggalkannya resto ini dengan jinjingan kue yang sama. Dia, sesungguhnya tak selalu memiliki cukup uang, namun ia merasa harus menikmatinya, karena itu adalah rejekiNya. Rejeki Tuhanku, begitu ia berprinsip. dan aku sellau membaginya pada ibuku; karena ibuku yang pantas untuk menikmatinya; dan hanya melalui diriku saja maka ibuku dapat menikmati semua kelezatan ini. sekarang mumpung aku muda; dan juga ibuku masih memiliki selera
Tuhan tahu.... aku hanya menjemput rejeki padaNya. atas nama keyakinan dan atas nama ibuku, aku melakukannya. Aku tak perlu risau!
5.Keran Air