Mohon tunggu...
Saidatuz Zakiyah
Saidatuz Zakiyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Pendidikan Bahasa

Sa'idatuz Zakiyah, mahasiswa Yogyakarta asal Blitar yang sedang mulai menggeluti bidang tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Kreasi Baru Batik Tulis, Yuk Kenalan dengan Batik Rempah!

27 Desember 2020   05:21 Diperbarui: 27 Desember 2020   19:21 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil produksi Batik Rempah berupa kain, scarf, dan pakaian jadi (Foto: Sa'idatuz Zakiyah)

Klaten - Dulu penggunaan batik erat kaitannya dengan pakaian tradisional. Bahkan sejarah mencatat bahwa awalnya hanya kaum bangsawan saja yang boleh mengenakannya. Seiring zaman, batik dapat dikenakan oleh masyarakat biasa tapi image-nya tak lepas dari kata kuno. Namun jangan salah, sekarang batik menjelma jadi salah satu trend fashion yang digemari berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan banyak kreasi motif-motif baru batik muncul, salah satunya motif Batik Rempah.

Batik Rempah merupakan motif baru dalam dunia perbatikan. Seperti namanya, batik ini memiliki motif berupa pengayaan rempah-rempah khas Indonesia seperti daun salam, cengkeh, jahe, pala dan merica. Pembuatannya sendiri menggunakan teknik perintangan dimana pembatik melakukan pewarnaan sesuai pola yang telah dibuat sebelumnya menggunakan lilin yang sudah disiapkan.

Ide pembuatan Batik Rempah ini pertama kali muncul dari Galuh Susanti, seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta asal Klaten, Jawa Tengah. Perempuan yang tumbuh dari keluarga pengusaha batik ini menjelaskan bahwa awalnya ia membuat kreasi motif rempah ini untuk tugas mata kuliah kewirausahaan di kampusnya. Dari situ, ia dan pembinanya melihat suatu nilai jual yang dapat menghasilkan pundi-pundi uang. Ia mulai membuka usahanya sendiri pada November 2019 dan telah mengikuti pameran untuk mengenalkan Batik Rempah ini.

"Aku dapat ide batik rempah, soalnya pengen angkat kekayaan alam Indonesia (yaitu) rempah-rempah yang sampai-sampai Orang Barat itu pengen nguasain Indonesia. Kemudian dipadukan dalam kebudayaan Indonesia yang juga sangat populer saat ini, batik. Dari sana terus dikembangin idenya," terang Galuh.

Untuk desain motif, Batik Rempah juga menyesuaikan selera pasar saat ini. Berbeda dari dulu yang penuh motif dan ornamen, sekarang trend batik cenderung mengarah ke motif yang lebih sederhana. Galuh mengaplikasikan hal-hal tersebut dengan membuat desain yang sederhana namun tetap memiliki ornamen-ornamen ciri khas batik tulis seperti garis dan titik. Warna yang tersedia pada Batik Rempah ini pun antara lain coklat keabu-abuan, biru, serta merah bata dan akan bertambah dengan warna-warna kombinasi.

"Kalau untuk trend fashion, aku lagi coba-coba buat sesuaiin aja sih. Sekarang  kan lagi trend buat yang simple. Jadi beda sama batik yang biasanya full motif dan isian, ini dibuat se-simple mungkin dan tetap dengan ciri khas batik tulis yaitu garis-garis atau titik-titik," ujar Galuh.

Dalam pengerjaannya, Galuh memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar daerahnya yang memang ingin menambah penghasilan keluarganya. Proses pembuatan Batik Rempah dilakukan dengan sangat detail dan membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar setengah bulan. Galuh sendiri sangat teliti dalam memilih kain, bahan-bahan serta mendesain pola yang akan digunakan.

Galuh menjelaskan bahwa pemilihan kain yang akan digunakan adalah hal pertama yang paling penting. Ia biasanya menggunakan jenis katun primisima dikarenakan jenis ini memiliki kualitas yang sangat bagus. Katun primisima sendiri merupakan jenis katun yang memiliki serat benang rapat, halus dan tebal.

Kain katun dimasukkan ke dalam larutan mordant kemudian dibilas dengan air bersih dan dikeringkan. Tujuan dari proses ini adalah agar dapat mempertahankan serat kain yang baik dan tahan cuci serta tahan sinar ketika dijemur. Namun sebenarnya proses ini bersifat optional.

Kain yang telah di mordant kemudian digambari dengan pola-pola yang diinginkan. Motif yang dibentuk berupa motif rempah-rempah seperti daun salam, cengkeh, jahe, pala dan merica. Selanjutnya, membatik atau mencanting pola yang sudah tergambar di kain hingga semua pola motif terbatik. Tak lupa untuk memberikan isian pada setiap motif yang ada agar lebih menarik.  

Proses pewarnaan dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan hasil warna yang matang nantinya, karenanya digunakan pewarna alami dari rebusan kayu dan fermentasi daun. Kemudian dilanjutkan dengan fiksasi atau penguncian dilakukan untuk mengunci warna alam pada kain agar tidak luntur ketika dan setelah direbus. Kain batik yang sudah diwarna dicelupkan kedalam air bersih yang dicampur dengan bahan kapur, tawas, tunjung, serta cuka dan dibilas, baru kemudian dikeringkan untuk proses selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun