Mohon tunggu...
Saidatun Nia
Saidatun Nia Mohon Tunggu... Lainnya - Pengisi waktu luang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Sekadar Jenius Tanpa Mengenal Sosial

21 April 2019   13:49 Diperbarui: 21 April 2019   14:03 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar https://www.huffpost.com 

Dalam kehidupan manusia bukan hanya sekedar menanamkan kesadaran diri, dan manajemen diri, namun juga harus mengenal kesadaran sosial. Lalu apa itu kesadaran sosial? Kesadaran sosial adalah berhubungan dengan kewaspadaan seseorang terhadap situasi sosial yang dialami oleh diri sendiri dan orang lain, sehingga individu dapat menjadi tahu dan menyadari hal-hal yang terjadi di sekelilingnya, seperti mengenai apa yang orang lain lakukan, apakah seseorang terlibat dalam suatu percakapan dan dapat diganggu, siapa saja yang berada di sekitar, dan keadaan apa yang sedang terjadi (Prasolova Forland, 2002).

Kesadaran sosial juga melibatkan beberapa interaksi yang berkaitan dengan korelasi hereditas-lingkungan, artinya gen individu dapat memengaruhi jenis lingkungan yang dihadapi oleh individu tersebut. Dapat diartikan bahwa individu "mewariskan" lingkungan yang mungkin terkait dengan "kecenderungan" genetik. Seorang ahli genetik perilaku (Sandra, 1993) mendeskripsikan tiga kemungkinan korelasi antara hereditas dan lingkungan:

Korelasi genotip-lingkungan pasif (passive genotype-environment correlation)

Korelasi ini terjadi ketika orangtua kandung yang memiliki hubungan genetik dengan anak, memberikan lingkungan pengasuhan tertentu untuk anaknya. Misalnya, orangtua mungkin memiliki suatu kecenderungan genetik menjadi cerdas dan terampil membaca. Karena orangtua mebaca dengan baik dan menikmati bacaan, mereka memberi anak-anaknya buku untuk dibaca dengan kemungkinan hasilnya bahwa anak-anaknya akan menjadi pembaca yang terampil dan senang membaca.

Korelasi genotip-lingkungan evokatif (evocative genotype-environment correlation)

Terjadi ketika karakteristik anak membangkitkan jenis lingkungan tertentu. Misalnya, anak-anak yang aktif dan banyak tersenyum cenderung menerima lebih banyak stimulasi sosial dibandingkan dengan anak yang pasif dan diam. Anak-anak yang mau bekerja sama dan memberikan perhatian akan membangkitkan kesenangan dan respons instruksional lebih besar dari orang dewasa dibandingka anak-anak yang tidak senang bekerja sama dan perhatiannya mudah teralihkan.

Korelasi genotip-lingkungan aktif (memasuki relung) (active (niche-picking) genotype-environment correlation)

Terjadi ketika anak-anak mencari/memilih lingkungan yang mereka rasakan sesuai dan menggugah minat. "Memasuki relung" berarti menemukan tempat atau lingkungan yang sesuai, khususnya sesuai kemampuan anak. Anak-anak menyeleksi lingkungan sekitar mereka melalui aspek-aspek yang mereka tanggapi, pelajari, atau abaikan.

Seleksi aktif atas aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka akan berkaitan dengan genotip khusus mereka. Sebagai contoh, anak yang ramah cenderung untuk mencari konteks sosial yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan orang lain, sementara anak-anak pemalu cenderung sebaliknya. Anak-anak yang musikal cenderung untuk meluangkan waktu dalam lingkungan musik tempat mereka dapat secara sukses memperlihatkan keterampilan mereka.

Dari ketiga jenis interaksi genotip-lingkungan akan berubah ketika anak-anak berkembang dari masa bayi hingga masa remaja. Pada masa bayi, lingkungan yang dialami anak-anak banyak disediakan oleh orang dewasa. Dengan demikian, korelasi genotip-lingkungan pasif lebih banyak dijumpai dalam kehidupan bayi dan anak-anak kecil dibandingkan dalam kehidupan anak-anak yang lebih besar dan remaja. Anak-anak yang lebih besar dan remaja dapat memperluas pengalaman mereka di luar pengaruh keluarga dan membentuk lingkungan mereka ke tingkat yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun