Mohon tunggu...
Saida Saniati
Saida Saniati Mohon Tunggu... -

Bachelor Degree of Science Coomunication since 13-02-2013. Majoring Communication, minoring Advertising.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menulis itu Ngga Perlu Keahlian

7 Desember 2012   03:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:04 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis adalah salah satu keterampilan Bahasa Indonesia yang paling susah diamalkan. Iya susah karena emang ngga gampang. Berkali-kali aku mengeluh dan merasa sangat bodoh tiap mendapat tugas untuk menulis. Karena aku kuliah di jurusan komunikasi tentunya kegiatan dan tugas menulis ngga akan pernah jauh dariku. Salah satu mata kuliah yang membuatku terpaksa harus belajar menulis adalah jurnalistik. Mata kuliah ini aku dapatkan di semester 3, dan fantastis aku dapat nilai C pada mata kuliah tersebut. Fantastis membuatku frustasi. Tidak cuman aku sih yang mendapatkan nilai C, hampir satu angkatan mendapat nilai buruk di mata kuliah tersebut. Dan akhirnya kami stress berjamaah.

Sedikit nostalgia, dulu waktu aku duduk di bangku SMA aku jarang banget berhubungan dengan yang namanya menulis. Kecuali nulis SMS, atau nulis status di facebook haha. Saat penjurusan di kelas 2 SMA aku masuk di jurusan IPA karena di sekolahku hanya ada 2 jurusan yaitu IPA dan IPS. Sedangkan aku sangat lemah di hafalan jadi aku memutuskan untuk mengambil jurusan IPA. Selain itu, aku juga menuruti kata ayah karena IPA lebih fleksibel ketimbang IPS karena ketika daftar ke perguruan tinggi, jurusan IPA boleh mengambil jalur IPC (campuran) sedangkan IPS tidak. Fine, pertimbangan yang cukup bagus menurutku. Selama 3 tahun berteman baik dengan rumus-rumus jurusan IPA membuatku tidak pernah berhubungan dengan menulis. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk mengambil jurusan Ilmu Komunikasi saat kuliah. Dengan berbagai pertimbangan juga tentunya.

***

Nah, kembali ke topik. Pada awal masa perkuliahan, aku dihadapkan dengan berbagai hal yang tidak jauh dengan menulis. Dari membuat paper, makalah, hingga artikel tidak pernah lelah membuatku sedikit frustasi. Aku sangat lemah dalam menulis, tidak jarang hasil tugas makalahku tidak setebal milik teman-temanku. Dan akhirnya aku harus berhadapan dengan mata kuliah jurnalistik di semester 3 yang sangat membuatku stress dengan semua tugas-tugasnya dan juga nilai akhirnya. 2 tahun kemudian yaitu semester 7 ini, pihak kampus memberikan alternatif bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai jelek tersebut untuk memperbaikinya yaitu dengan mengulang mata kuliah tersebut. Awalnya aku bingung memutuskan untuk mengulang atau tidak. Di kampusku, nilai C tidak wajib untuk diulang dengan ketentuan tidak lebih dari 3 nilai C selama masa perkuliahan. Syarat tersebut adalah prasyarat untuk bisa mengambil mata kuliah skripsi. Setelah ngobrol-ngobrol dengan teman-temanku akhirnya kami memutuskan untuk mengambil mata kuliah tersebut di semester ini. Dengan berbagai pertimbangan juga pastinya. Pertama, semester ini kami sudah bebas teori dan hanya ada 3 mata kuliah wajib yaitu KKN, KKK (Kuliah Kerja Komunikasi) dan skripsi. Kedua, KKN kami sudah menyelesaikannya di semester pendek sedangkan KKK hanya ditempuh selama 1 bulan (bisa lebih). Jadi, selebihnya kami banyak waktu luangnya jika tidak mengambil mata kuliah teori. Ketiga, dengan harapan semoga kami bisa memperbaiki nilai jurnalisitik di semester ini karena sayang sekali jika nilai C harus menghiasi transkrip nilaiku nantinya.

Hari pertama kuliah kami dihadapkan dengan kontrak belajar dan ketentuan tentang perkuliahan jurnalistik ini. Dan hasilnya bapak dosen memberikan tugas untuk membuat akun kompasiana dan menulis artikel di akun ini. Penilaian mata kuliah ini diukur dengan poin yang dapat diperoleh dari tulisan-tulisan yang kami posting di akun ini. Untuk mencapai 70% penilaian kami harus memenuhi 700 poin. Jika tulisan kami masuk trending article maka kami mendapatkan 80 poin, jika tulisan kami dapat menembus headline maka kami akan mendapatkan 100 poin. Dengan iming-iming 100 poin maka kami harus berlomba-lomba untuk menulis dan dapat menembus headline. Sungguh ini membuatku stress dan sedikit gila. Lagi-lagi aku harus berhadapan dengan menulis. Melihat teman-temanku semangat menulis dan mem-publish tulisan mereka di akun mereka sedikit membuatku iri. Kenapa mereka bisa dengan mudah menulis sebanyak itu. Sedangkan aku, untuk membuat satu tulisan saja harus bertapa berhari-hari untuk mendapatkan ide.

Seminggu-dua minggu aku masih belum memulai untuk menulis. Sampai akhirnya aku merasa aku benar-benar harus menulis. Karena buat apa aku mengambil mata kuliah ini jika aku tidak maksimal mengikuti kuliah ini. Aku searching tentang beberapa tips menulis dengan mudah tapi itu sama sekali tidak membuatku menjadi pintar menulis. Baru minggu-minggu ini aku semangat untuk menulis walaupun hasil tulisanku tidak sebagus teman-temanku. Akhirnya aku tersadar, bahwa menulis itu tidak membutuhkan keahlian khusus atau tips-tips khusus. Menulis hanya membutuhkan kemauan, kemauan untuk memulai menulis maka ide akan mengalir begitu saja. Yap, kita akan bisa setelah kita memulai. Semangaaaaaatt!!!

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun