Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Wajah Acara Kuis di Televisi dan Degradasi Pola Pikir Masyarakat

10 Agustus 2014   01:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:56 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa Acara Kuis Di Televisi (image/kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="421" caption="Beberapa Acara Kuis Di Televisi (image/kompas.com)"][/caption]

Sudah bukan rahasia lagi atau bahkan sebagian besar dari masyarakat kita saat ini mengetahui betul bagaimana buruknya tayangan televisi sekarang. Berbagai program televisi kian hari semakin menyesatkan dan perlahan mempengaruhi pola pikir masyarakat yang memang sebagian besar adalah konsumen acara hiburan gratis dari ‘kotak ajaib’ ini. Percepatan pertukaran Informasi ke seluruh negeri yang mampu dilakukan oleh suatu stasiun televisi menjadi keunggulannya dibandingkan media lain dalam mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Apalagi Di era sekarang, hampir semua orang memiliki televisi yang memang dijadikan sebagai salah satu sumber hiburan paling ekonomis yang bisa dinikmati kapan saja. Sehingga dengan mudah, berbagai tayangan televisi perlahan hidup dan merasuki kehidupan sosial masyarakat. Kecenderungan masyarakat kita meniru sesuatu hal yang dilihat menjadi alasan menjelmanya adegan-adegan yang tidak layak dari televisi. Sebenarnya tidak masalah jika saja apa yang dipertontonkan oleh stasiun televisi didominasi oleh kebiasaan-kebiasaan baik atau positif yang dapat menginspirasi dan memotivasi masyarakat banyak. Sayangnya,dari ratusan acara televisi yang masih eksis saat ini mungkin hanya lima persen diantaranya yang layak ditonton. Sehingga butuh keseriusan tersendiri bagi kita dalam memilih acara mana yang memang mampu memberikan ‘sesuatu’ yang berharga dan positif serta mana yang harus diblock.

Sejatinya suatu tayangan televisi harus bisa menyeimbangkan fungsinya sebagai media Hiburan, edukasi dan informasi. Ironisnya, televisi sekarang yang menempatkan profit dan kepentingan bisnis di atas segala-galanya pada akhirnya mengesampingkan kualitas dan kelayakan tayang. Tak perduli akan dampak negatif suatu acara, yang pasti keuntungan selalu berpihak. Rating siaran yang menjadi acuan stasiun televisi dalam mengumpulkan sponsor membuat pelaku industri televisi ‘pura-pura bodoh’ dengan maraknya acara pembodohan yang disiarkan. Anehnya lagi masyarakat pemirsa televisi lebih menikmati tayangan-tayangan hiburan yang kurang sehat yang membuat lawakan sarkastik dan eksisnya adegan kekerasan fisik maupun verbal di televisi. Kurangnya sosialisai dan edukasi tayangan televisi yang patut ditonton membuat masyarakat khususnya menengah ke bawah terlena dalam acara televisi yang berkonten negatif. Ironisnya acara televisi yang berkualitas dan sarat akan nilai-nilai edukasi justru tereliminasi dari layar kaca. Acara televisipun secara perlahan seragam menyajikan tema dan topik tayangan yang ‘itu-itu saja’ dan akhirnya terjadilah ambiguitas kategori tayangan televisi dikarenakan Berbagai program televisi di remix sedemikian rupa untuk mengikuti tontonan yang sedang memuncaki rating.

Diantara sekian banyak program acara televisi yang sebenarnya telah musnah dari layar televisi namun digantikan oleh trend baru yang lebih kentara pembodohannya adalah acara Kuis. Lima tahun yang lalu mudah rasanya menyebut acara kuis yang sangat informatif dan ditayangkan secara teratur di televisi. Acara Cerdas Cermat untuk tingkat SMP yang pernah dipandu oleh Helmy Yahya di ANTV salah satu diantaranya yang sangat positif dan patut ditonton untuk mencerdaskan Indonesia. Kuis adaptasi dari Luar Negeri, Are You Smarter Than A Fifth Grader? Di Global TV juga menjadi tontonan wajib saya dulu setiap weekend. Kedua kuis ini bermaterikan pelajaran sekolah yang tentu saja mampu memotivasi para pelajar dan anak-anak Indonesia untuk belajar dan menambah wawasan. Anak-anak lucu inipun tampil di televisi dengan bangga menunjukkan kecerdasan masing-masing. Itu dulu, anak-anak tampil di televisi untuk bersaing menunjukkan pemahaman pelajaran sekolah. Kalau sekarang anak-anak muncul di televisi menunjukkan kemampuannya bergoyang dangdut dan mendendangkan lagu-lagu cinta dan galau. Bayangkan, anak umur 9 tahun sekarang sudah lebih hafal lagu Noah atau Ayu Tingting daripada lagu Ibu Soed atau C. Simanjuntak! Toh, slot tayangan televisi khusus mereka sudah musnah.

Untuk kuis yang menguji pemahaman umum ada Kuis Siapa Berani, Penantang Terakhir, Who Wants To Be A Millionaire atau Teka Teki Silang dan masih banyak lagi. Kuis ini memang benar-benar menguji kemampuan pesertanya dengan pertanyaan-pertanyaan seputar pengetahuan umum yang secara langsung juga menambah wawasan pemirsa yang sedang menontonnya. Bukan perihal yang mudah mendapatkan hadiah/uang di acara kuis ini. Karena pertanyaannya bukan pertanyaan sembarangan yang bisa dijawab asal-asalan. Namun, lima tahun berselang acara-acara kuis ini hilang dari peredaran dan digantikan dengan wajah baru kuis Indonesia di Televisi.

[caption id="" align="aligncenter" width="263" caption="logo kuis Who Wants To Be A mILLIONAIRE (IMAGE/Blogspot.com)"]

logo kuis Who Wants To Be A mILLIONAIRE (IMAGE/Blogspot.com)
logo kuis Who Wants To Be A mILLIONAIRE (IMAGE/Blogspot.com)
[/caption]

Jika berbicara mengenai eksistensi kuis di layar televisi, tentunya masih bertahan hingga sekarang. Bedanya dengan dulu, beraneka ragam acara kuis dulu memiliki acara sendiri dan fokus dengan jenis acaranya sebagai kuis. Sekarang, acara yang dinamai kuis masa kini adalah sebatas selipan-selipan di sejumlah variety show yang tengah berlangsung. Terutama pada acara yang memang sedang populer yang dipenuhi ratusan iklan. Maka pertanyaan-pertanyaan yang dinamai kuis inipun mengacu pada merk atau slogan suatu produk pengiklan acara tersebut. Hanya bermodalkan teriak-teriak menyebut logo suatu produk yang menjadi kontributor suatu acara televisi, maka dengan mudah uang jutaan rupiah mengalir ke rekening. Tak usah takut salah, karena di kuis jenis ini hal itu merupakan hal yang mustahil. Jika salah menyebut jawaban, maka pembawa acara akan mengarahkan atau kasarnya memberikan jawaban yang sebenarnya. Hal ini bahkan terjadi di kuis-kuis olahraga. Jenis kuis lainnya adalah pemilihan peserta yang harus melalui tahap tantangan dengan mengalungkan ular atau binatang-binatang buas lainnya sampai peserta teriak-teriak. Jika lolos, dengan mudah uang akan diberikan secara gamblang. Ketika pemenang tertawa puas dengan memamerkan sejumlah uang hadiah di televisi (ini mungkin sengaja di suruh Camera man) maka penonton di rumah akan tersenyum getir betapamudahnya memperoleh uang tersebut tanpa usaha apapun.

Helmy Yahya dan Tantowi Yahya bisa dibilang dua bersaudara yang selalu menjadi pembawa acara kuis yang berkualitas. Namun kini keduanya tak lagi muncul seintens dulu di layar kaca. Helmy Yahya saat ini memang masih membawakan satu acara kuis di Kompas Tv bertajuk VERSUS. Sayangnya kuis tersebutpun telihat kurang total dan setengah-setengah. Selain jenis pertanyaannya yang 90 persen mengacu pada dunia hiburan (showbiz), pesertanya juga adalah artis-artis sensasional, sekelas Nikita Mirzani atau Putri Penelope. Lebih dari itu, kita lebih merindukan kuis yang memang benar-benar ‘berisi’ dan mampu menjadi sumber pembelajaran. Daripada kuis tersebut, akan lebih baik stasiun televisi menyediakan kuis atau kompetisi antar anak sekolah sehingga sasarannya tepat sebagai media edukasi. Sehingga pola pikir dan wawasan anak-anak sebagai generasi emas bangsa ini berkembang dan luas. Namun kembali lagi, motivasi pelaku industri hiburan yang ingin mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya menjadi alasan. Padahal jika saja acara kuis edukasi ditayangkan secara lebih serius dan menarik pastilah akan menuai respons positif dari segi rating. Memang dasar televisi sekarang yang tidak tertarik menayangkan tontonan edukatif!

[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="Masih Ingat Kuis ini? (image/tribunnews.com)"]

Masih Ingat Kuis ini? (image/tribunnews.com)
Masih Ingat Kuis ini? (image/tribunnews.com)
[/caption]

Prinsip Business oriented yang menjadi patokan utama stasiun televisi dalam memproduksi suatu tayangan memang sangat rentan akan memunculkan program-program acara yang tidak layak. Padahal, televisi sebenarnya mampu menjadi guru yang potensial mengubah pola pikir masyarakat. Jika saja semua tayangan di televisi kita berkualitas, bukan tidak mungkin pola pikir masyarakat juga akan berkembang lebih maju dan cerdas. Namun inilah yang tengah menjadi trend, jangankan mengharapkan keseluruhan. Acara kuis yang sebenarnya harus lebih informatif dan edukatif pun sudah berganti trend menjadi Kuis sesat yang kehilangan maknanya sebagai program uji kemampuan. Entah sampai kapan berakhir, yang pasti sifat Pragmatis televisi yang menjunjung tinggi profit dan bisnis daripada kelayakan konten ini masih bertahan hingga sekarang.

Akhirnya sebagai pemirsa televisi kita hanya bisa mengawasi dan menjadi penonton kritis yang tidak asal menonton saja. Terutama lebih ketat memilih tayangan yang pantas untuk anak-anak dan keluarga pada umumnya. Dengan berharap semoga trend buruk televisi sekarang lekas berakhir dan bermunculan acara yang lebih santun yang menjadi sumber informasi dan edukasi yang sehat untuk semua keluarga Indonesia. Sehingga tampak andil stasiun televisi dalam mendukung salah satu Tujuan Negara yakni Mencerdaskan bangsa Indonesia! Semoga saja! Salam cerdas menonton televisi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun