Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menang Pilkada, Anies Makin Bossy, dan Citra yang Kontras Saat Kampanye

30 April 2017   10:15 Diperbarui: 30 April 2017   10:37 7432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasangan calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan- Sandiaga Uno secara resmi dinyatakan sebagai pemenang Pilkada DKI Jakarta melalui hasil sidang pleno rekapitulasi Suara Putaran kedua Pilkada DKI, minggu (30/4/17). Pasangan nomor urut 3 ini unggul dengan mengumpulkan 3.240.987 suara sah yang merupakan 57.96% dari total suara pemilih. Pasangan petahana Ahok-Djarot hanya mengantongi 2.350.366 suara (42.04%). Setelah dinyatakan menang versi Quick count, ini menjadi hasil resmi yang mana warga ibukota bersiap menyambut gubernur baru setelah enam bulan ke depan, masa jabatan Ahok-Djarot berakhir.

Pilkada DKI Jakarta tahun ini memang bisa dikatakan salah satu pesta rakyat yang paling ramai. Dengan segala kampanye yang dibumbui black campaign, pengangkatan isu SARA hingga aksi rakyat yang digelar tim sukses kedua pasangan. Tersisihnya pasangan Agus-Sylvi di putaran kedua, bukan membuat proses PILKADA makin mudah tetapi malahan pendukung Cagub kian agresif hingga kesannya menghalalkan segala cara demi duduk di kursi DKI-1. Akan tetapi, dengan keluarnya hasil Pilkada ini, berakhir pula masa-masa kompetisi antara kedua pendukung. Saatnya menyatukan suara kembali untuk kemajuan Ibukota. Seperti calon gubernur petahana yang langsung memberikan konferensi pers sesaat setelah Anies-Sandi dinyatakan memimpin perhitungan suara versi hitung cepat.  Pendukung Cagub yang kalah harus berbesar hati menerima pemimpin yang memenangkan suara kolektif terbanyak, sementara pendukung cagub yang menang seharusnya menyambut pendukung yang kalah agar sama-sama bersatu kembali mendukung dna mengawasi kinerja gubernur baru nantinya. Bagaimanapun kampanye Pilkada sudah menimbulkan perpecahan akibat ketidak sepahaman sesama pendukung.

Lalu bagaimana dengan hubungan kedua Cagub pasca Pilkada?

Ahok memang langsung menyelamati Anies pasca hasil quick count keluar. Beberapa hari ini Balai Kota dihujani papan bunga sebagai ucapan terimakasih pendukungnya kepada gubernur yang terkenal tegas ini. Masih menjabat enam bulan lagi, tampaknya sudah banyak masyarakat Jakarta yang merasa kehilangan atau mungkin tidak rela terbukti dengan papan bunga yang dipatri dengan kalimat-kalimat anak muda (bahasa gaul), untuk yang satu ini semoga Ahok yang biasa tegas tidak ikut baper (bawa perasaan).

Nah yang sedikit unik dan cukup mengganggu adalah menyimak pernyataan-pernyataan Cagub pemenang Pilkada, Anies Baswedan. Anies yang selama kampanye mengklaim sepihak sebagai gubernur santun dan merakyat tiba-tiba seperti lupa diri. Mulai dari naik heli ketika mengunjungi Ahok,  dan berbagai pernyataannya di media yang terkesan sombong dan bossy.

"Tolong dibereskan dulu sekarang, sebelum gubernur baru masuk. Jadi saya itu pengin, jangan sampai PR-PR itu, sudah biarin nanti gubernur baru yang ngurusin, jangan. Diberesin dulu sekarang, gubernurnya belum ganti, masih enam bulan," kata Anies, saat ditemui di rumahnya, Jalan Lebak Bulus Dalam, Jakarta Selatan, Jumat (28/4/2017) siang (Kompas.com)

Pernyataan ini terkesan sangat menganggu, terlepas dari berhasil tidaknya rumah DP 0% dan Stadion Old Trafforddi Jakarta versi Anies-Sandi, pernyataan pemenang Pilkada seperti ini baru muncul dari Anies. Para Presiden yang menang di PEMILU saja belum pernah menyampaikan ucapan seperti ini. Arogansi yang ditujukan Anies seperti ini ditakutkan mampu menyinggung dan terkesan ingin memecah belah, bukannya mempersatukan dengan niat baik. Apalagi melihat track recordnya selama kampanye.

Kenyinyiran Anies yang sangat kurang dewasa juga tampak dari pernyataan senada.

"Untuk yang masih bertugas, ditegakkan aturannya gimana, ditegakkan. Jangan sudahlah nanti gubernur baru yang ngurusin," tutur Anies (Kompas.com)

Kalimat-kalimat bernada kebencian seperti ini yang tidak harus diumbar, mengingat Anies yang belum duduk dan belum tentu mampu merealisasikan programnya. Ada baiknya bila Anies tidak banyak bicara dulu, biar masyarakat menilai programnya nanti. Jangan sampai Anies termakan omongan sendiri yang justru akan menjadi boomerang nantinya.

Kemenangan dalam Pilkada apalagi di DKI Jakarta sebenarnya bukan sesuatu yang langsung dirayakan dengan mengumbar segala omongan menghina pemimpin sebelumnya. Peliknya permasalahan di ibukota nyatanya adalah ujian dan tantangan yang tak mudah bagi siapapun yang memimpin DKI. Apalagi Pilkada dengan dengan isu-isu kampanye hitam sangat rentan merusak citra dan wibawa seseorang pemimpin. Selain merealisasikan program, pemenang Pilkada harus bisa mengayomi seluruh warga. Bukan hanya pendukung saja. Sehingga tidak muncul lagi sindiran-sindiran politis, bahkan hanya karena banyaknya papan bunga di balaikota. Apa kita tidak sadar kalau Pilkada sudah selesai? Saatnya bersatu kembali dan waspada akan prinsip bhineka Tunggal Ikayang kian buram. Untuk itu Anies Baswedan memang telah menjadi pemenang, selamat untuk beliau. Harapannya semoga Anies-Sandi Jakarta makin baik, modern dan menjadi Kota padat yang lebih bermartabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun