Mohon tunggu...
sahri ramadan
sahri ramadan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Kearifan Lokal Bima

5 April 2016   20:14 Diperbarui: 5 April 2016   20:29 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“UPACARA AMPA FARE”

 

Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan masyarakat pedesaan. Dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama.

Seperti upacara ampa fare, upacara ini merupakan salah satu kearifan local yang ada di bima.

Tradisi ampa fare, sebuah ritual menyimpan padi di uma (rumah) lengge (kerucut) yang dilakukan warga Desa Maria, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Sebuah legenda Fare Ma Lingi atau ”padi menangis’ menunjukkan tingginya penghormatan akan padi.

Upacara adat “Ampa Fare” adalah upacara penyimpanan hasil panen di “Jompa” (Lumbung Tradisonal Bima-tempat menyimpan bahan makanan) dan “Uma Lengge” (rumah tradisional Bima). Ampa Fare diambil dari dua kata yaitu Ampa yang berarti Mengangkat, mengangkut atau menaikkan sesuatu ke atas, dan Fareberarti Padi atau hasil bumi.

Kemudian Uma lengge berbentuk kerucut, atap dan dindingnya dari alang-alang, memiliki tiga lantai: tempat duduk-duduk (amben) di lantai I, kemudian palawija dan jawawut tersimpan di lantai II, dan padi di lantai III. Ada juga jompo, yang fungsi dan jumlah lantainya sama dengan lengge, meski dinding bangunannya berupa kayu.

Pada zamannya, sebelum upacara Ampa Fare, para penduduk setempat beramai-ramai mengadakan berbagai atraksi di Uma Lengge sampai pagi menjelang, seperti melakukan atraksi Ntubu (Adu Kepala),Bela Leha (lagu sanjungan atau syair berupa pantun, nasehat, dan juga pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa), Sagele, sebuah tarian yang mempunyai arti menanam secara serempak/bersama-sama oleh kaum perempuan, dan atraksi-atrkasi lainnya.

Para peserta akan berkemah selama satu malam yang dianggap sebagai bagian dari ritual Ampa Fare. Selain menambah pengetahuan peserta akan kepariwisataan di Kabupaten Bima, peserta juga akan melakukan acara bersih-bersih Uma Lengge, serta ikut menyiapkan segala keperluan untuk mendukung Upacara Ampa Fare. setelah upacara Ampa Fare selesai dilaksanakan, peserta akan melakukan Gotong royong untuk membersihkan kawasan wisata Oi Wobo Kecamatan Wawo Kabupaten Bima.

Kabupaten Bima dengan keanekaragaman adat, budaya, keindahan alam dan lingkungannya diharapkan menjadi daerah tujuan wisata yang ramah dan berbasis lingkungan, serta potensial untuk dikunjungi. Kaeran Kebudayaan ini termasuk kearifan local yang sangat unik di Kabupaten Bima, maka dari itu marilah sama-sama menjaga dan merawat kebudayaan-kebudayaan yang ada di bima, supaya  di kenal  secara luas kepada masyarakat baik lokal maupun nasional.

Sumber :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun