Mohon tunggu...
Sahra Maulidayanti
Sahra Maulidayanti Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

everybody love a little bittle drama.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Apa Kabar Bahasa Indonesia?

12 Juni 2021   14:00 Diperbarui: 21 Juni 2021   14:02 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Lu Gua aja ya, biar lebih akrab. “ berdalih keakraban, bahasa nasional terlupakan.

Fenomena bahasa prokem atau lebih dikenal dengan bahasa gaul sudah lama beredar bahkan telah menjadi bahasa untuk berkomunikasi di lingkungan sosial terutama remaja. Kalimat “ eh, lu mau kemana? “ lebih sering digunakan dari pada kalimat “ hai, kamu mau kemana? “ karena terkesan sangat kaku. Padahal kalimat tersebut merupakan bahasa nasional yang seharusnya kita gunakan dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini membuat eksistensi dari bahasa Indonesia terus memudar dan perlahan terlupakan.

Sebagai seorang remaja, saya juga merasakan bahwa bahasa prokem dapat dengan cepat membuat kita lebih akrab dengan lawan bicara dan begitu pun sebaliknya, jika menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar saat berbincang dengan lawan bicara akan menjadi canggung. Berdasarkan pengalaman saya saat sekolah, setiap awal tahun ajaran baru, kita akan mendapatkan teman baru juga. Saat berkenalan dengan teman baru biasanya saya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi pada akhirnya kita menjadi canggung dan saling menyapa jika berpapasan saja. Hal itu terjadi beberapa kali. Berbeda jika memakai bahasa gaul seperti kata “ lu “ dan “ gua “ itu akan membuat kita merasa lebih terbuka dan mudah dalam mengekspresikan perasaan. Saya sendiri telah memperhatikan lingkungan dan beberapa tempat yang saya kunjungi, hampir 70% masyarakat menggunakan bahasa prokem ini untuk berkomunikasi.

Bahasa gaul membawa dampak buruk jika terus digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.

Dari pelajaran yang saya ambil saat masa sekolah, yaitu setiap tahun ajaran baru dimulai saya akan memperkenalkan diri dan berkata “ manggilnya lu gua aja ya, biar ga canggung “ padahal saya menyadari tindakan itu tidak benar, tetapi masih terdapat sedikit pembelaan dalam hati saya, yaitu “ gapapa lah, kan ini untuk sesama teman, kalo di lingkungan yang lebih formal atau bicara dengan orang yang lebih tua ya pakai bahasa yang baik dan benar “. Hal itu karena saya berpikir bahwa bahasa Indonesia sesuai kaidah EYD cukup digunakan dalam penulisan surat resmi, saat berpidato dan hal resmi lainnya. Namun semakin lama saya membiasakan diri berbicara dengan bahasa gaul ini, semakin sulit juga saya untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Saya menjadi kesulitan dalam menjawab soal latihan, pekerjaan rumah, serta ulangan karena tidak mungkin semua tugas itu dijawab dengan bahasa gaul. Saat lulus sekolah saya memutuskan untuk memulai semua dari awal, dengan menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari agar saat memasuki jenjang perkuliahan saya tidak merasa kesulitan lagi. Hal itu tidak mudah, karena di lingkungan saya masih banyak yang berkomunikasi menggunakan bahasa gaul ini.

Menurut (Mulyana 2008), bahasa gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang mempunyai arti yang khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu.” Awal mulanya bahasa gaul atau bahasa slang merupakan bahasa yang digunakan dikalangan preman. Sebagai kode untuk percakapan mereka. Namun, pada akhirnya bahasa slang tersebut sudah semakin banyak diketahui maksudnya dan mulai diterima di masyarakat khususnya remaja. Berdasarkan kutipan tersebut, bahasa prokem yang tidak memiliki banyak aturan lebih mudah diterima di kalangan masyarakat. Berkembangnya bahasa prokem sangat cepat karena didukung oleh beberapa faktor yang cukup berpengaruh terhadap kondisi lingkungan remaja, antara lain melalui internet dan social media yang digunakan, pengaruh lingkungan, serta media yang menyuguhi remaja dengan film dan iklan yang menggunakan bahasa gaul agar terkesan modern. Bahasa prokem telah umum digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial masyarakat terutama remaja. Dalam media-media populer seperti TV, radio, dunia perfilman nasional tidak ketinggalan memasukkan bahasa-bahasa sandi tersebut yang dapat memengaruhi remaja dalam berbahasa. Seringkali ia digunakan dalam beberapa artikel yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja yang sangat populer untuk menarik minat. Bahasa prokem saat ini memanglah menjadi komunikasi verbal yang utama digunakan oleh remaja dalam kehidupan sehari-harinya.

Apakah terlihat modern dan keren harus menggunakan bahasa gaul? Lalu bagaimana dengan bahasa nasional yang harusnya dipertahankan eksistensinya?

Kawan, kita tidak perlu takut untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya karena terlihat tidak keren dan kekinian. Kita seharusnya merasa bangga karena bahasa Indonesia memiliki banyak hal yang mengagumkan. Bahasa Indonesia melalui perjuangan “berdarah-darah” untuk diakui sebagai bahasa nasional, bahasa resmi, sekaligus bahasa persatuan. Proses ini tidaklah mudah. Para pemuda Indonesia harus terbelenggu oleh kaum imperialis dan kolonialis, mengalami penghinaan dan penindasan, terinjak harkat dan martabatnya selama ratusan tahun. Ketika keberanian muncul, para pejuang Tanah Air mendeklarasikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk mengangkat kembali harkat dan martabat bangsa Indonesia. Dalam era globalisasi saat ini, jati diri bahasa Indonesia yang merupakan ciri dari Bangsa Indonesia harus terus dipertahankan eksistensinya. Hal tersebut harus dilaksanakan, karena menurut pernyataan (Syarfina, 2015) bahwa era digital yang menuntut penguasaan teknologi dan bahasa asing pada berbagai bidang kehidupan saat ini makin meminggirkan posisi bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia harus terus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa agar tidak terintervensi dan terpengaruh oleh bahasa asing.

Gejala yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat terutama dikalangan remaja. Agar bahasa Indonesia tidak tergeser oleh bahasa gaul, maka kita sebagai warga Indonesia yang baik hendaknya melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan sebelum bahasa Indonesia punah. Langkah yang dapat ditempuh pertama, menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Kedua, menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, menyosialisasikan penggunaan bahasa Indonesia serta perbedaannya dengan bahasa prokem kepada pelajar. Ketiga, pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan bahasa Indonesia dalam film-film produksi Indonesia dan media sejenisnya. Terakhir, membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia serta menyiarkan perkembangan bahasa Indonesia yang terjadi. Maka dari itu, sebagai remaja yang baik serta menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, sudah seharusnya kita menguatamakannya di atas dari bahasa apapun. Menghargai proses terbentuknya bahasa resmi negara ini merupakan salah-satu bentuk jiwa nasionalisme kita terhadap negara. Cara mengahargai bahasa Indonesia yaitu dengan menggunakannya sebaik mungkin tanpa mencampuradukkannya dengan bahasa lain.

Tanamkan rasa bangga berbahasa Indonesia ya, wahai generasi muda.

Ayo kawan, mari kita ubah cara berbahasa kita dengan baik. Memang sulit untuk memulainya karena belum terbiasa, tapi saya yakin kita semua bisa jika didasari dengan niat yang kuat. Jika bukan kita sebagai generasi muda Bangsa Indonesia, siapa lagi yang akan mempertahankan bahasa yang sudah diperjuangkan dengan berdarah-darah untuk mendapatkan pengakuan. Jangan sampai generasi setelah kita tidak mengenal bahasa dari bangsanya sendiri, dikarenakan lingkungan yang terus menggunakan bahasa gaul untuk berkomunikasi sehari-hari. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun