Bahri menyaksikan wajah layu dari ketiga temannya yang berdiri di belakang dokter. Tampak air mata yang terbendung di mata Hari. Bahri mengingat-ingat apa yang terjadi, tetapi semua ingatannya semu. Dia hanya mengingat rencananya menikah bulan depan dengan Rara.
" Mana Rara? Kenapa dia tidak ada di sini bersama kalian?"
Tidak seorangpun menjawab.
" Aku tahu, kalian sebelumnya di rumahku bersama dia."
Ketiganya menggelangkan kepala. " Kami datang ke rumahmu tanpa dia."
Kembali Bahri mengingat komunikasi terakhirnya dengan Ibunya Rara saat masih di Kafe. " Nak, Rara kecelakaan saat kembali ke kota. Bis yang dinaikinya masuk ke jurang." . Bahri mematikan gawainya dan berlari ke kantor meninggalkan mobilnya terparkir di bawah pohon depan kafe.