Mohon tunggu...
S A Hadi
S A Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sholikhul A Hadi

Happy is the people whitout history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanpa Maaf

6 Agustus 2019   12:25 Diperbarui: 6 Agustus 2019   12:39 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bahri berdiri menghadap jendela menyaksikan pohon besar yang berdiri di depan kafe. Sebuah pohon yang menjadi saksi atas ketulusan cintanya terhadap Rara. Di sanalah Bahri selalu memparkir mobil City-nya untuk memberi tanda kepada Rara yang bekerja di gedung sampingnya bahwa dia telah menunggu.

 "Setidaknya, aku menjadi kejutan buatmu hari ini." Ujar Rara sambil meminum latte.

" Iya, bahkan aku tidak menyangka kalau dirimu membalas pesanku kemarin." Bahri tersenyum.

" Sudah cukup hukumanmu. Sebulan hidup tanpaku tentu sesuatu yang berat bagimu. Setelah mengoreksi diriku, akupun merasa bahwa Aku adalah peniti yang telah disematkan padamu, seperti puisi Rendra. Dan tidak ada gunanya lagi buatku menghindari perasaanku itu karena cemburu yang berlebihan." Rara tersenyum. Sebuah senyum yang terkesan di paksakan.

" Kamu merindukanku?"

" Aku tidak bisa melawannya."

" Maafkan aku yang telah menyakitimu." Bahri merunduk, pikirannya terasa berat. " Tetapi aku telah memutuskan untuk menjadi kapal yang telah berlabuh dan ditambatkan padamu. Aku ingin melamarmu dan mengajakmu menikah. Aku tersadar kalau kita tidak akan mampu lagi hidup seperti ini lebih lama lagi." Sebuah kotak merah dikeluarkannya dari Saku kemejanya dan disodorkan kepada Rara.

" Aku sepakat, kita adalah lava yang tidak lagi dapat diuraikan." Rara tertawa. Dia mengambil kotak itu, membukanya dan mengenakan cincin yang ada di dalamnya. " Tidak lagi perlu kamu pakaikan, kita telah satu." Rara berdiri dan memamerkan jarinya pada pelayan kafe yang berdiri di depan meja kasir. Mereka kemudian berlari menghampiri Rara dan mengucapkan selamat.

Bahri mengambil lattenya dan meminumnya. Dia mulai terpikir dengan karyawannya di kantor. Dia telah berjanji akan segera memberi tahu mereka jika berhasil melamar Rara. " Ra, aku pergi dulu ya. Aku janji pada karyawanku untuk memberikan kabar bahagia ini secepatnya secara langsung. Dia berlari ke kantornya, membelah jalanan yang sepi.

Bahri tersenyum ketika mengenang semua itu. Bahripun baru tersadar jika hari itu masih libur lebaran dan karyawannyapun masih belum masuk kerja. Dia tidak ingin berlama-lama di sana. Dia segera keluar ruangannya dengan perasaan bahagia yang sama seperti saat kedatangannya.

Dia putuskan untuk mengambil mobilnya di depan kafe dan pulang ke rumah. Dia ingin mandi sambil merencanakan upacara pernikahan yang akan dilaksanakan dua bulan lagi. Dia tidak ingin membuang banyak waktu. Dia berencana agar upacara pernikahannya sesempurna yang pernah di bayangkan dulu. Pernikahan dengan konsep outdoor di sebuah perkebunan anggur milik keluarganya di Probolinggo. Dia akan mengundang semua teman senimannya untuk mendesain dan mengkonsep acara itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun