Mohon tunggu...
Safitri N
Safitri N Mohon Tunggu... Lainnya - Homo Ludens

Homo Ludens

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Halo, Mart!

18 Mei 2018   14:17 Diperbarui: 18 Mei 2018   14:36 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam hari bermodalkan cahaya dari lilin dan kunang - kunang yang sesekali menyapa, kami tenggelam dalam canda bermain kartu. Di luar perkiraan mereka, ternyata aku tak terlalu buruk dalam bermain kartu. Jempol dan Mart! berkali kali memungut kartu dan pura - pura menampakan muka bersungut.  Hingga tiba si Mart! bermain trik sulap dan berhasil membuatku heran. 

"Susah kali aku main trik sama kakak, banyak tanya kakak ini. Jadi bingung aku."

Gelak tawa kami mengalahkan suara tonggeret. Di atas meja yang terbuat dari kayu Merbau, konon meja ini sudah ada sejak 20 tahun lalu, ketika para pemburu kayu Merbau masih bolak - balik masuk hutan, meja ini yang menjadi ruang pertemanan kami. Mart! sekali lagi menjadi tokoh utama. Kali ini ia bercerita tentang kenakalannya di Sekolah.

Mart! seorang anak yang bersekolah di SMK jurusan Administrasi Perkantoran, kini ia duduk di bangku kelas 2. Tawanya tak berhenti ketika ia menceritakan dia dan teman - temannya yang merokok di dalam kelas, lalu ketika guru di sekolahnya sudah menyerah dan hampir - hampir ia dikeluarkan di sekolah setelah kesalahan terakhir yang ia lakukan. Mart! tak punya cukup keberanian untuk meminta ibunya datang ke sekolah, akhirnya dimintalah pamannya untuk mewakili keluarga. Drama sudah dipersiapkan, Paman yang pura - pura marah pada Mart! di depan para guru. Akhirnya iba pula yang menyelamatkan Mart! dan Mart! berjanji untuk tidak merokok, setidaknya ia tidak merokok di sekolah. Satu guru perempuan yang menjadi musuhnya, ia bilang, tak percaya pada Mart! yang tidak merokok di sekolah. Mart! bilang "Guru itu tak bisa kasih contoh baik ke awak. Buat apa awak dengar kata guru itu? Tapi ada guru yang baik,Kak"

Mart! adalah anak sekolah yang sama seperti anak lainnya. Ia tinggal di daerah yang jauh dari ramai kota. Menjadi tulang punggung keluarga. Ketakutan kami, ketakutanku dan Bang Pandi adalah Mart! yang akan lebih asyik mencari uang daripada sekolah.

Bang Pandi, dengan lirih berucap "Kak, saya tak ingin Mart! seperti saya. Dulu saya juga putus sekolah karena saya keasyikan cari duit. Sekarang saya hanya lulusan SMP. Mau kerja apa. Cuma bisa jadi guide."

Ada harapan yang tersimpan untuk Mart! seorang anak lelaki yang cerdas, bertanggung jawab pada keluarganya, cerdas, memiliki harga diri dan sangat mudah bergaul. 

Mart! yang saya temui hanya satu dan saya yakin masih banyak Mart! lain di luar sana, Mart! lain yang hanya perlu kita dengar ceritanya, kita arahkan dengan perlahan. Menjadi kawan Mart! adalah hal yang saya inginkan. Saat ini kami sesekali berkirim pesan, hanya saja sinyal di tempat tingga Mart! kurang mendukung pertemanan kami.

Sebelum Mart! tentunya sudah ada Mart! yang lain, mungkin itu adalah Bang Pandi atau Jempol. Atau mungkin keduanya. Bang Pandi, seorang yang mengenal hutan dengan sangat baik, ia yang mulai bosan dengan kegiatan keluar - masuk hutan, ia yang ingin menjadi Bang Pandi yang lebih dari ia yang sekarang.

Namun Mart! tetaplah Mart! Dan rangkaian doa akan tertujut untuk Mart!

Mart! lelaki muda yang tinggal di Sumatra Utara, seorang guide di Tangkahan. Ia yang lahir dan besar di haribaan Gunung Leuser. Seandainya bisa mengumpakan, saya ingin Mart! tumbuh layaknya Pohon Merbau. Ia yang kokoh dan kuat, tinggal di Leuser, menjaga agar tetap menjadi kehidupan bagi kehidupan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun