Mohon tunggu...
Safira Mandasari
Safira Mandasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Magister Ilmu Forensik Universitas Airlangga

Hai, salam kenal! Saya adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Forensik di Universitas Airlangga Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Serangga dalam Membantu Mengungkap Tindak Kejahatan

27 November 2022   08:42 Diperbarui: 27 November 2022   08:45 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://depositphotos.com/stock-photos/forensic-entomology.html

Serangga yang sering dianggap menjijikan bagi sebagian besar orang ternyata memiliki peran penting dalam dunia forensik. Salah satu cabang ilmu forensik yang menggunakan serangga sebagai alat bantu untuk mengungkap tindak pidana kejahatan disebut entomologi forensik. Ilmu entomologi forensik berkembang sejak abad ke-13 di China. Seseorang bernama Sung Tzu melakukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan seorang petani dengan mengamati serangga yang menempel pada bercak darah di sebuah sabit. Pada abad ke-18, Meignin membagi proses dekomposisi menjadi 8 tahapan dan Dr. Marcel Bergeret menemukan larva lalat Sarcophaga carnaria dan ngengat pada saat otopsi. Abad ke-19 dewan Amerika mengeluarkan sertifikat ahli entomologi dan pada abad ke-20 ditemukan larva lalat blowfly pada dua mayat wanita yang tenggelam.

Dalam dunia forensik, serangga sangat membantu dalam menentukan estimasi waktu kematian atau Post mortem interval (PMI). Penentuan PMI penting dilakukan karena membantu aparat kepolisian dalam mengkonfirmasi alibi seseorang yang pada akhirnya akan mempersempit daftar tersangka. Entomologi forensik bekerja dengan mengevaluasi aktivitas serangga yang hadir dalam proses dekomposisi sehingga dapat ditentukan perkiraan waktu kematian, lokasi kematian, indikator penelantaran fisik, dan analisis investigasi obat-obatan.

Umumnya, serangga yang terlibat dalam penentuan PMI adalah serangga yang menggunakan tubuh mayat sebagai sumber makanan bagi fase larvanya. Dua kelompok serangga yang banyak digunakan dalam investigasi forensik berasal dari Ordo Diptera dan Ordo Coleoptera. Kelompok kategori serangga ini muncul dalam pola yang terprediksi sehingga dapat ditentukan kapan serangga tersebut muncul pada mayat.

Serangga yang muncul pada proses dekomposisi dapat digolongkan menjadi:

1. Serangga nekrofagus, yaitu yang memakan jaringan tubuh mayat

2. Serangga predator dan parasit yang memakan serangga nekrofagus

3.  Serangga omnivora yang memakan jaringan tubuh juga serangga-serangga lain yang terdapat pada tubuh mayat

Namun perlu diketahui bahwa kerusakan tubuh mayat juga dipengaruhi faktor lain seperti derajat pembusukan, terendam air, penguburan, proses mumifikasi, dan kondisi geografis.

Lalu, bagaimana caranya mengestimasi waktu kematian dengan menggunakan serangga seperti lalat? Misalnya ditemukan sesosok mayat yang pada tubuhnya terdapat telur lalat. Maka diperkirakan waktu kematian mayat tersebut adalah 1-2 hari tergantung suhu dan kelembapan lingkungan sekitarnya. Larva dari telur yang menetas membutuhkan waktu 6-1o hari untuk berkembang menjadi pupa. Kemudian lalat dewasa akan keluar dari pupa setelah 12-18 hari. Perkembangan serangga dipengaruhi oleh banyak variabel sehingga dalam penentuan PMI haruslah dibantu oleh seorang ahli entomologi forensik.

Referensi Jurnal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun