Mohon tunggu...
Safira liliana
Safira liliana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa uin walisongo

Sekian dan Terimakasih 😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh terhadap Pendidikan Karakter Anak di Era Milenial

20 April 2021   21:24 Diperbarui: 20 April 2021   22:07 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Safira Liliana -- 1903016059 - PAI 4 B - UIN Walisongo Semarang

Pendahuluan

            Banyak di temukan kasus kenakalan/kekerasan (kriminal)  remaja di luaran sana yang tiada hentinya berita bermunculan di berbagai media sosial. Perbuatan negatif itu tersebut mengalami naik turun di setiap tahunnya. Entah itu kasus pembulian, pelecehan seksual, perkelahian/tawuran antar pelajar, minum minuman keras/ narkoba, balap liar dan hal lain yang di picu dari media sosial sehingga menimbulkan menggeser nya karakter pada remaja atau pun anak-anak. Kasus-kasus tersebut tidak hanya terjadi ke kota-kota besar saja, bahkan sekarang di desa sampai daerah pelosok sekalipun di temukan kasus tersebut. Tidak satu dua kali tetapi sudah berkali-kali, seperti halnya di kota-kota besar.

            Dapat kita ketahui di era milenial dan zamannya teknologi ini berbagai informasi atau apapun itu yang di setiap hari setiap jam bahan dalam waktu detik masuk dengan sangat mudah. Karena apa? Karena hampir setiap orang di indonesia ini memiliki elektronik yang berteknologi sangat canggih. Salah satunya adalah smartphone/handphone yang memiliki teknologi canggih, misalnya kita dapat berkomunikasi mengunakan smartphone kapan pun dan dimana pun walaupun dalam keadaan jarak jauh, karena adanya internet yang dapat menyambung kan walaupun dalam keadaan jarak jauh. Dari sini timbullah oknum-oknum yang tidak pantas muncul, ya benar sekali melalui internet (media sosial). Media sosial adalah pemicu terbesar munculnya kenakalan remaja, selain itu juga di picu dari segi lingkungan. Disini lah peran orangtua sangat di butuhkan untuk membimbing anak-anaknya, khususnya anak anak remaja yang pola pikirnya masih sangat labil .

            Dikutip dari Badan Pusat Statistik,  statistik kriminal 2020 ini menyajikan tentang gambaran umum mengenai tingkat dan perkembangan kriminalitas di indonesia selama periode tahun 2017-2019. Informasi yang disajikan mencakup tiga pendekatan utama statistik kriminal, yakni pendekatan pelaku, korban, dan kewilayahan. Data yang disajikan di peroleh dari dua sumber utama statistik kriminal yaitu: a.) Data berbasis registrasi (administrative based data) yakni data kriminal yang di himpun oleh kepolisian Republik Indonesia (POLRI). b.) data berbasis survei (survey based data) yakni data kriminal yang bersumber dari survey sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan pendataan potensi desa (podes) yang di hasilkan oleh badan pusat statistik (BPS). 

Data regristrasi polri mencatat bahwa tingkat kejahatan (crime rate) selama periode tahun 2017-2019 mengalami penurunan. Tingkat resiko terkena tindakan kejahatan setiap 100 ribu penduduk pada tahun 2017sekitar 129, menjadi 113 pada tahun pada tahun 2018, dan menurun menjadi 103 pada tahun 2019. 

Data susenas yang menggambarkan presentase penduduk korban kejahatan di indonesia selama periode tahun 2018-2019 juga memperlihatkan pola menurun. Presentase penduduk korban kejahatan mengalami penurunan dari 1,11 persen pada tahun 2018 menjdi 1,01 persen pada tahun 2019. Berdasarkan data podes, selama tahun 2011-2018 jumlah desa/kelurahan yang menjadi ajang konflik massal cenderung meningkat, sekitar 2.500 desa pada tahun 2011 menjadi sekitar 2.700 desa/kelurahan pada tahun 2014, dan kembali meningkat menjadi sekitar 3.100 desa/kelurahan pada tahun 2018 (Badan Pusat Statistik, 2021).

            Di kutip dari Dhedhy yuliawan, Taryatman jurnal pendidikan karakter dalam kajian teori ekologi perkembangan, Vol.7 No.1 2020 Hlm 1050 ..bahwa semakin berkembangnya teknologi menjadikan pergeseran karakter pada anak, seperti dalam kutipan Badan Pusat Statistik 2021 di atas. Hal ini menjadikan negara indonesia memiliki karakter yang lemah dan membuat tertinggal oleh negara lain dalam berbagai bidang (Lestari, 2012, p.26). pendidikan karakter di indonesia masih terabaikan pelaksanaanya. 

Pendidikan karakter belum dikatakan berhasil dengan melihat kasus permasalahan di atas. Remaja atau anak-anak memberikan perilaku yang jauh sesuai dengan harapan karakter bangsa indonesia. Karakter yang di harapkan adalah cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaan Nya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, perduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah, keadilan kepemimpinan, baik, rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan (Setiawati, 2017, p.349). karakter sendiri berdasar pada sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivasions), dan ketrampilan (skills) (Zubaedi, 2011, p.10). Maka dengan karakter yang di usung tujuan pendidikan dapat memberikan gambaran keadaan karakter anak indonesia.

 

Pembahasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun