Mohon tunggu...
Safira Anisa Dewi
Safira Anisa Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Psikologi Universitas Airlangga

I strive to be better.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial dan Perilaku dan Pendidikan Kesehatan Seksual pada Remaja: Sebuah Paradoks

13 Juni 2022   06:00 Diperbarui: 13 Juni 2022   06:06 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dewasa ini, pengadopsian teknologi serta internet terhadap hampir seluruh aktivitas umat manusia telah menjadi sebuah kebutuhan, yang mana hal ini mengantar pada pengembangan teknologi yang pesat dan masif. Pun seiring dengan kemajuan teknologi, kencangnya arus globalisasi juga turut dalam menyamarkan sekat waktu dan tempat antar negara di seluruh dunia. 

Salah satu dampak samarnya sekat waktu dan tempat akibat globalisasi dan kemajuan teknologi ialah berbagai budaya yang dapat dengan mudah masuk ke dalam sebuah negara melalui media sosial yang saling terhubung dalam jaringan internet.

Indonesia merupakan salah satu negara yang terpapar oleh budaya-budaya asing sebagai akibat dari munculnya globalisasi dan kemajuan teknologi. 

Terkikisnya nilai-nilai etika sebagai makhluk sosial yang selama ini telah membudaya pada bangsa Indonesia serta gaya ke-Barat-baratan yang sering kali dikaitkan dengan pergaulan dan seks bebas menjadi dampak negatif globalisasi dan kemajuan teknologi yang telah terinternalisasi dalam kehidupan remaja Indonesia.

Namun, maraknya kebebasan dalam berperilaku, termasuk perilaku seksual, sebagai akibat pengadaptasian budaya Barat, belum dibarengi dengan pendidikan kesehatan seksual yang ekspansif dan inklusif. Pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi remaja di Indonesia masih menjadi sebuah hal yang tabu bagi masyarakat. 

Tidak diterimanya pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi remaja dengan sepenuhnya oleh masyarakat tidak dapat terlepas dari anggapan bahwa remaja belum sepatutnya mengerti dan memahami hal-hal mengenai perilaku seksual dan kesehatan seksual. 

Menilik lebih lanjut akan faktor yang melatarbelakangi sikap masyarakat terhadap pendidikan kesehatan seksual, lingkungan yang kompleks dan telah membudaya seperti nilai-nilai sosial, budaya, dan agama dalam kehidupan sehari-hari telah mendorong masyarakat untuk cenderung menyembunyikan hal-hal yang tabu untuk didiskusikan dari remaja. Kondisi seperti ini membuat remaja menjadi bingung dan dilema dalam menentukan perilaku kesehatan reproduksinya.

Kedilemaan yang dirasakan oleh remaja tersebut mencuatkan sebuah solusi, yaitu media sosial yang telah menjadi teman akrab remaja. Aksesibilitas informasi yang tinggi pada media sosial dapat menjadi sebuah acuan maupun bumerang pada penggunanya. 

Pada hal ini, media sosial dapat mendorong remaja untuk melakukan perilaku seksual setelah penyerapan informasi yang telah terpapar pada mereka, maupun menjadi sebuah media dalam penyerapan ilmu krusial seperti pendidikan kesehatan seksual.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa minimnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas di kalangan remaja cukup mengkhawatirkan dan krusial, mengingat angka hubungan seksual pranikah pada remaja juga terbilang cukup tinggi sebagai akibat dari globalisasi dan digitalisasi yang membuat aksesibilitas terhadap konten-konten pornografi menjadi sangat mudah. 

Maka dari itu, sinergitas dalam menghadapi paradoks media sosial yang terdiri atas remaja, keluarga, serta pendidikan di Indonesia sangat diperlukan. Berikut langkah preventif yang penulis tawarkan.

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun