Mohon tunggu...
Safira Adisa
Safira Adisa Mohon Tunggu... Lainnya - just call me fira

international relations

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Amerika Serikat-Korea Utara di Vietnam 2019

21 Maret 2020   21:49 Diperbarui: 21 Maret 2020   21:53 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Utara Kim Jong-Un pada akhir februari 2019 lalu dengan Vietnam yang menjadi tuan rumah pada pertemuan kedua antara Presiden ini.

Kedua pemimpin, yang pernah bertemu pada pertemuan pertama di Singapore juni 2018 lalu, dan pertemuan selanjutnya diadakan di Ibu Kota Vietnam Hanoi pada 27-28 Februari 2019.

Setelah delapan bulan semenjak pertemuan pertama di Singapura, Donald Trump selaku Presiden Amerika Serikat bernegosiasi dengan Presiden Korea Utara Kim Jong Un agar korut mau untuk menghentikan gudang nuklirnya.

Amerika Serikat berkata sebelum adanya pertemuan ini "sama dengan format seperti yang kita lihat pada juni lalu di Singapura, akan ada kesempatan untuk kedua pemimpin untuk melihat one-on-one lainnya" sebelum mengadakan pertemuan dengan team masing-masing. Stephen Biegun, Utusan dari Amerika Serikat yang dikirim ke Pyongyang sudah mengadakan pembicaraan dengan rekan Korea Utaranya Kim Hyok Chol.

Amerika Serikat menolak spekulasi tentang apa saja elemen-elemen yang ada dalam pernyataan bersama di akhir pertemuan. Pada Rabu, Trump memuji hubungannya dengan pemimpin Korea Utara, dia mengatakan akan membuat langkah yang "berarti" dalam bidang nuklir jika dia ingin melihat adanya pencabutan sanksi.

Seperti yang dapat kita lihat dan analisis, dalam hubungan internasional terdapat paradigma dengan dasar pemikiran "Realisme", yaitu dasar pemikiran bahwa semua manusia itu anarki. 

Pandangan ini mempersepsikan ancaman yaitu dengan "Security dilemma" pada hal ini dapat kita lihat bahwa Amerika Serikat yang dipimpin oleh Donald Trump mati-matian untuk menyuruh Korea Utara untuk melakukan disnuklirisasi, tidak lain hanya karena mereka merasa terancam akan adanya perkembangan Nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara.

Oleh karena itu Donald Trump berusaha untuk melakukan "balanced of threats" dengan mengajak negara-negara lain beraliansi dengannya untuk mendukung disnuklirisasi ini, Amerika Serikat berusaha memberitahu negara lain bahwa nuklir yang dikembangkan oleh Korea Utara sangat berbahaya.

Pergi menggunakan kereta melewati China Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pergi ke Vietnam. Para pejabat intelijen Amerika mengatakan mereka percaya Kim tidak mungkin pernah melepaskan semua persenjataan nuklirnya, dan para pemantau AS melaporkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir sebelum adanya konferensi ini, Korea Utara telah mengambil langkah-langkah untuk menyembunyikan, dan melindungi senjatanya.

Tetapi seorang mantan perwira intelijen AS, yang membantu mengatur pertemuan pertama, memperkirakan pada hari jumat di Singapore lalu, mengutip perkataan Kim Jong Un yang mengatakan bahwa dia tidak ingin keluarganya kelas menanggung beban Nuklir ini.

Korea Utara ingin Amerika serikat untuk memberikan kelonggaran sanksi dan memberikan jaminan keamanan jika Korea Utara menghentikan dan melepaskan persenjataan nuklirnya. Korea Utara juga ingin mendapatkan akhir perang yang formal pada saat perang korea 1950-1953, yang diakhiri dengan adanya genjatan senjata bukan karena adanya perjanjian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun