Masuknya internet di Indonesia pada tahun 1990-an, memberikan banyak kemudahan bagi manusia zaman sekarang untuk meng akses banyak informasi melalui internet. Baik informasi tentang kabar yang sedang trending, atau resep-resep masakan, informasi tentang skincare kecantikan, informasi dalam bidang olahraga, kabar entertainment, dan tidak di pungkiri bahwa manusia akan mengakses perihal informasi tentang gejala dari mental illness atau penyakit kejiwaan.Â
Dengan mengetik "kata kunci " di kolom google yang menyebabkan seseorang akan mudah mencari informasi jika dirinya sedang merasakan perubahan pada dirinya, baik masalah fisik atau emosional. Dari sini banyak akhirnya orang-orang melakukan mendiagdosa diri sendiri atau self diagnosis.
Para ahli percaya bahwa melakukan self diagnosis tidak di benarkan. Informasi yang kita dapat dari internet  hanya boleh di jadian sebagai acuan untuk menemui dokter, bukan unntuk  mendiagnosa diri sendiri.
Fakta nya, masih ada beberapa orang yang tidak mendatangi dokter sebab mereka menganggap bahwa informasi yang mereka dapat dari internet sudah cukup. Padahal kesehatan mereka sedang tidak baik kondisinya.
Di ambil dari Pshycology today, seseorang yang melakukan self diagnosis pada dasarnya menganggap dirinya benar karena mengetahui seluk-beluk dari diagnosis tersebut. Bukan tidak mungkin seseorang akan salah, sebab kurangnya informasi yang diketahui.
Hal ini akan berbeda dengan dokter atau para ahli medis, yang menanganinya dengan serangkaian tes dan pengujian secara ilmiah.
Kesalahan diagnosis bisa berakibatkan fatal.
Laporan dari Mental Help, seseorang yang mengalami kesalahan diagnosis akan menanggapi bahwa kondisinya tidak seserius yang mereka bayangkan.
Contohnya, seseorang yang mengalami gejala kecemasan, lalu ia menganggap bahwa dirinya sebagai penderita anxiety disorder ( gangguan kecemasan ). Faktanya yang terjadi pada dirinya adalah menderita aritmia jantung. Dua hal yang penganannya berbeda, akan menjadi masalah serius jika tidak segera di benahi.
Selain itu, self diagnosis akan mengarahkan seseorang salah dalam meperlakukan diri sendiri. Karena, suatu permasalahan kesehatan baik fisik atau mental akan memiliki penanganan yang berbeda.
Dengan melakukan self diagnosis, seseorang akan berisiko lebih tinggi dalam perawatan terhadap dirinya. Seperti salah mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang tidak sesuai dengan masalah kesehatannya.