Mohon tunggu...
Safinatun Naja Akaleva
Safinatun Naja Akaleva Mohon Tunggu... -

Lahir di Ukraina, tapi tanah airku Indonesia. Mahasiswa Tingkat Akhir, Suka Menulis Tentang Apa Saja. Mari Belajar Tentang Banyak Hal, Jangan Batasi Ilmu di Ruang Sempit Fakultas.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Koalisi Merah Putih Belajar dari Kompetitor

1 September 2014   19:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:54 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu upaya untuk memenangkan pertarungan ketika menghadapi musuh adalah dengan cara  taktik Kambing Hitam. Taktik ini efektif memukul lawan, tanpa harus capek dan berkeringat.  Karena hal itu berarti sekaligus mendapat dua keuntungan, Melemahkan lawan disatu sisi dan memperkuat citra kubu sendiri disisi lain.

Kesolidan Kubu Koalisi Merah Putih, tentu sangat memikat bagi lawan. Sekaligus benteng yang harus bisa direbut. Kunci kesolidan partai ini karena elitnya memang telah menandatangani traktat Koalisi Permanen. Maka untuk memecahnya selain dengan terus menggempurnya dilakukan juga teknik penyusupan, digunakan struktur dibawahnya atau mantan pengurus. Muktamar adalah salah satu agendanya. Pertarungan di Muktamar diyakini tidak hanya soal mengganti pengurus, tapi ini adalah kesempatan untuk melemahkan KMP.

Kubu Prabowo bukan tidak menyadari hal ini. Maka mengantisipasi hal ini dengan terus bergerak, terus menciptakan dinamika positif kerja di berbagai kesempatan, baik itu di parlemen maupun Pilkada. Sehingga tidak ada kesempatan bagi penyusup untuk melakukan aksinya. Bekerja dengan rapi agar tidak ada kesalahan, agar tidak ditimpakan sebagai kambing hitam!

Justru keadaan sebaliknya terjadi dalam perhelatan PKB. Tiba-tiba PKB menjadi partai yang teraniaya, padahal partai ini suaranya meningkat di Pemilihan Legislatif dan juga Menang Pilpres. Aroma tak sedap menghiasi acara PKB. Spanduk 'Muhaimin Pengkhianat Gus Dur dan Ulama NU' tiba-tiba muncul di sejumlah titik bersamaan dibukanya Muktamar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Garden Palace, Jalan Blauran, Surabaya, Ahad (31/8).

Menanggapi hal ini, Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) justru menuding dua partai politik tertentu yang bekerja sama untuk memecah belah PKB, dengan mengatasnamakan Gusdurian. "Itu cuma kelompok orang yang mengatasnamakan Gusdurian saja, dan itu sudah saya laporkan ke Kapolri," kata Cak Imin usai mendeklarasikan Barisan Penggerak Bangsa di Surabaya, Minggu (31/8).

Namun Cak Imin enggan membeberkan dua parpol pemecah belah PKB tersebut. Dia berjanji bakal mengevaluasi kasus tersebut. "Pokoknya ada dua partai politik lain yang bersekongkol untuk memecah belah PKB dengan mengatasnamakan Gusdurian. Semuanya sudah saya laporkan ke Kapolri, dan kita akan sama-sama mengevaluasinya nanti," tutur dia.

Nama Muhaimin Iskandar memang saat ini ramai disebut-sebut di PKB, tapi bukan berarti dia tak ada lawan. Belakangan dia dijuluki sebagai Suharto Kecil, untuk mengingatkannya kepada Presiden terlama di Indonesia.

Sampai saat ini namanya masih menjadi pembicaraan di kubu Jokowi terutama dalam masalah Kabinet. Nama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar tak akan masuk dalam kabinet Jokowi-JK, padahal PKB merupakan salah satu parpol pendukung pencalonan Joko Widodo-M Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014.

"Saya mendengar dari lingkaran terdekat Jokowi, Muhaimin kemungkinan tidak masuk dalam kabinet," ujar mantan Jurubicara Presiden Abdurrahman Wahid, Adhie Massardi, di Kantor PBNU, Sabtu (30/8) seperti dilansir Rimanews.

Tidak masuknya nama Muhaimin, menurut Adhie lantaran Muhaimin terindikasi melakukan tindak pidana korupsi. Jokowi-JK tak ingin dibebani rekam jejak anggota kabinet yang tercoreng di masa lalu. "Kalau ada yang pernah dipanggil KPK, itu akan meruntuhkan moral anggota kabinet lainnya," kata Adhie.

Adhie menduga Muhaimin bersikukuh ingin kembali duduk di kursi ketua umum PKB. Sikap demikian, menurut Adhie berbeda dengan harapan Jokowi yang emoh anggota kabinetnya juga pejabat strategis di parpol.

PKB memang terlahir dari Nahdlatul Ulama. Orang segera mengidentikan NU dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Almarhum Gus Dur memang sosok yang kental Ke NU-an, karena dia Putra dari pendiri NU yakni KH Wahid Hasyim. Selain itu kultur di NU sangat menghormati Kiai. Jadi ketika sang Kiai ditinggalkan, maka Nahdlyin pun menjadi bingung, kehilangan pegangan.

Selain Gus Dur, dalam perjalanan PKB kita kenal Rhoma Irama. Raja Dangdut ini pernah didaulat sebagai Capres dari PKB. Tak tanggung-tanggung dalam suatu kesempatan, Rhoma disebut-sebut sebagai wali oleh Cak Imin. Kalau grup Band atau penyanyi memiliki fans atau penggemar, maka pada sosok Rhoma Irama hal itu tidak berlaku. Rhoma justru lebih dari itu, yakni Pengikut!

Jadi kalau ada yang bilang poin sukses PKB di pemilu ini bukan Cak Imin, tapi Rhoma hal itu masuk akal juga. Karena yang namanya pengikut akan mengikuti kemana sang pujaan berjalan. Ini memang bukan main-main meski kelihatannya sepele.   Lihat saja, kampanye PKB yang didalamnya ada Rhoma Irama, dimana pun tak pernah sepi.

Tak ada salahnya belajar dari lawan, karena lawan itu pengeritik yang paling jujur. Belajar dari kasus PKB ini, Koalisi Merah Putih hendaknya semakin solid. Agar bersiap menyongsong muktamar dan penggantian elitnya, untuk melanjutkan estafeta garis partai. Bukan malah terjebak pada pragmatism politik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun